ND Magazine 17 NDMag-17 | Page 23

Kebhinnekaan: Apakah Sudah Terealisasi? Siswa Kelas XII membuktikan wujud kebhinnekaan terealisasi dengan menggunakan pakaian adat saat ujian praktik “Siswa dan siswi beserta guru-guru yang ada di Notre Dame dapat menerima saya yang memiliki agama yang berbeda dengan mereka.” Akhir-akhir ini, kebhinnekaan telah menjadi salah satu topik yang sensitif untuk dibicarakan di Indonesia. Ketika angin populis kanan meng- guncang dunia. Berpisahnya Inggris dari Uni Eropa dan terpilih Donal Trump di Amerika Serikat. Angin populis kanan juga berhembus kencang di negeri kita dan meng- guncang kebhinnekaan kita. Apa sih yang dimaksud dengan kebhinnekaan? “Kebhinnekaan adalah keberagaman suku, agama, dan lain-lain yang ada di dalam suatu kelompok masyarakat, baik dalam cakupan yang sempit, seperti sekolah atau antar RT maupun yang luas, seperti lingkungan ma- syarakat,” ujar Debby, siswi kelas X MIA 1 SMA Notre Dame. Keberagaman SARA (Suku, Ras, Agama, dan Antar Golongan) telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia namun tidak semua orang dapat menerima perbedaan tersebut dengan lapang dada. “Keadaan kebhinnekaan di kalangan masyarakat modern saat ini masih belum terlalu baik sebab sebagian masyarakat masih ada yang belum dapat menerima perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungan sekitar mereka, dan dalan hal ini yang paling umum adalah perbedaan agama,” kata Debby. Arthea, siswi kelas X MIA 2 SMA Notre Dame juga menambahkan bahwa semakin banyak orang yang memanfaatkan teknologi yang ada dengan salah dan bersifat apatis, bahkan salah pengertian karena mudah percaya dengan hal-hal yang berada di internet sehingga menyebabkan perpecahan akibat perbedaan pendapat. Baru-baru ini telah terjadi beberapa kasus yang mencakup penistaan agama, perselisihan antar golongan, dan lain-lain. Ini menunjukkan bahwa diskriminasi antar SARA masih terjadi di Indonesia. “Sebenarnya, diskriminasi yang terjadi di masyarakat tersebut dilakukan oleh orang- orang yang memiliki pemikiran ter- tutup. Mereka tidak berpikir bahwa keberagaman yang ada sebenarnya mendukung kemajuan bangsa kita apabila kita saling menerima dan mendukung,” kata Debby. Arthea juga menyetujui bahwa masih ada diskriminasi yang terjadi dan ber- komentar, “Perlu dipahami bahwa kita sebagai manusia tidak mungkin hidup sendirian saja, maka adanya toleransi itu perlu.” Jadi, sudah terbukti bahwa diskriminasi dan perselisihan telah dan masih terjadi di masyarakat kita. Bagaimana cara mengatasi situasi tersebut? “Cara mengatasi diskriminasi di masyarakat adalah bertoleransi, mengahrgai, dan tidak takut untuk belajar lebih banyak lagi juga mau mengubah pendapat dan pola pikir kita,” ujar Arthea. Selain di masyarakat sekitar, tentunya kita sebagai pelajar harus menerima dan menghormati kebhinnekaan di sekolah. Contohnya, Notre Dame adalah sekolah yang mengajarkan nilai- nilai agama Katolik, namun juga ada beberapa murid yang non-Katolik. Apakah pernah mengalami ketidak- nyamanan saat bersekolah di Notre Dame? Debby menjawab, “Tidak. Menurut saya, siswa dan siswi beserta guru-guru yang ada di Notre Dame dapat menerima saya yang memiliki agama yang berbeda dengan mereka. Memang, cukup banyak yang kaget ketika menge- tahui, walau beragama Budha, saya aktif mengikuti kegiatan keagamaan yang diadakan sekolah.” Kita sebagai generasi muda harus tetap memperjuangkan persatuan bangsa dengan mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika setiap hari, setiap detik, dan di mana saja kita berada. Mari bersatu! Regina Beatrix Laisina / X MIA 1 Notre Dame | Januari-Maret 2017 23