ND Magazine 17 Majalah19 | Page 27

Rumah Betang Masyarakat Dayak Kekeluargaan dalam Rumah Betang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan populasi terbanyak keempat setelah China, In- dia dan Amerika. Indonesia memiliki banyak sekali keanekaragaman. Mulai dari suku, budaya, baha- sa, makanan, pakaian adat, rumah adat dan masih banyak lagi. Dari sekian banyak budaya yang ada di Indonesia, ada salah satu rumah adat yang cukup unik, yaitu Rumah Betang yang mana adalah rumah adat dari daerah Kalimantan, yaitu milik Masyarakat Dayak. Nama Dayak berasal dari para penjajah yang menyebut masyarakat pedalaman Borneo dengan sebutan Dayak, yang masih dipakai hingga saat ini. Sejak dulu, memang mas- yarakat Dayak terkenal sangat men- junjung tinggi kekeluargaan, sehingga mereka cenderung hidup berkelom- pok. Hal itu pula yang menjadi kon- sep pembangunan Rumah Betang. Dalam satu Rumah Betang, biasanya ada sekitar 100-200 penghuni atau sekitar 50 keluarga. Tidak ada satu pun orang yang keberatan atau merasa terganggu privasinya. Mereka memiliki prinsip bahwa apabila ada satu keluarga mengalami kesulitan, maka itu adalah kesulitan seluruh isi rumah. Ukuran panjang Rumah Betang berkisar sekitar 100-150 meter, sedangkan untuk lebarnya sekitar 20-30 meter. Dahulu, tinggi tiangnya mencapai 3-5 meter, namun kini tiangnya sudah tidak setinggi itu. Hal 26 Notre Dame | Juli-September 2017 ini disebabkan oleh keadaan alam yang terus berubah, apabila dulu keadaan alam masih sangat baik dan asri, maka rumah harus dibuat tinggi untuk menghindari serangan dari binatang buas atau pun banjir yang sering kali datang. Rumah Betang dapat dijumpai di sepanjang pingiran sungai besar di Kalimantan. Kayu yang digunakan untuk membangun Rumah Bentang adalah kayu ulin, kayu yang dapat tahan hingga ratu- san tahun dan anti rayap. Selain itu, jaman dahulu ada yang namanya Perang Hakayau atau Kayau. Di kala itu, kayau adalah bahasa yang sangat angker bagi mas- yarakat yang belum mengenalnya. Menurut masyarakat Dayak, kepala memiliki kekuatan supranatural yang sangat tinggi dan sebagai simbol ting- ginya strata/status sosial seseorang dalam masyarakat. Semakin ban- yak mendapatkan kepala dari hasil mengayau, dalam tradisi adat Dayak Kenyah, maka orang tersebut berhak memiliki Taring Macan Kumbang di telinga. Kehormatan tersebut biasa diberikan dengan cara membuat motif tato khusus tergantung daerah masing - masing. Biasanya semakin banyak hasil dari mengayau, bisa dilihat dari Mandau, yaitu senjata tradisional Kalimantan (terutama Suku Dayak di Kalimantan Tengah), yaitu semakin banyak Rambut di Hulu Mandau dan juga semakin ban- yak tato yang ia punya seperti tato melingkar (biasanya para Pangkalima yang memiliki tato ini). Bentuk Rumah Betang adalah me- manjang dan terdapat sebuah tangga yang disebut hejot.Tangga dalam ru- angan rumah harus berjumlah ganjil, tetapi umumnya berjumlah tiga dan berada di ujung kiri dan kanan, satu lagi di depan sebagai penanda atau ungkapan rasa solidaritas menurut mitos tergantung ukuran rumah, semakin besar ukuran rumah maka