Rumah Betang
Masyarakat Dayak
Kekeluargaan dalam
Rumah Betang
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan populasi terbanyak keempat setelah China, In-
dia dan Amerika. Indonesia memiliki banyak sekali keanekaragaman. Mulai dari suku, budaya, baha-
sa, makanan, pakaian adat, rumah adat dan masih banyak lagi. Dari sekian banyak budaya yang ada
di Indonesia, ada salah satu rumah adat yang cukup unik, yaitu Rumah Betang yang mana adalah
rumah adat dari daerah Kalimantan, yaitu milik Masyarakat Dayak.
Nama Dayak berasal dari para
penjajah yang menyebut masyarakat
pedalaman Borneo dengan sebutan
Dayak, yang masih dipakai hingga
saat ini. Sejak dulu, memang mas-
yarakat Dayak terkenal sangat men-
junjung tinggi kekeluargaan, sehingga
mereka cenderung hidup berkelom-
pok. Hal itu pula yang menjadi kon-
sep pembangunan Rumah Betang.
Dalam satu Rumah Betang, biasanya
ada sekitar 100-200 penghuni atau
sekitar 50 keluarga. Tidak ada satu
pun orang yang keberatan atau
merasa terganggu privasinya. Mereka
memiliki prinsip bahwa apabila ada
satu keluarga mengalami kesulitan,
maka itu adalah kesulitan seluruh isi
rumah.
Ukuran panjang Rumah Betang
berkisar sekitar 100-150 meter,
sedangkan untuk lebarnya sekitar
20-30 meter. Dahulu, tinggi tiangnya
mencapai 3-5 meter, namun kini
tiangnya sudah tidak setinggi itu. Hal
26
Notre Dame | Juli-September 2017
ini disebabkan oleh keadaan alam
yang terus berubah, apabila dulu
keadaan alam masih sangat baik dan
asri, maka rumah harus dibuat tinggi
untuk menghindari serangan dari
binatang buas atau pun banjir yang
sering kali datang. Rumah Betang
dapat dijumpai di sepanjang pingiran
sungai besar di Kalimantan. Kayu
yang digunakan untuk membangun
Rumah Bentang adalah kayu ulin,
kayu yang dapat tahan hingga ratu-
san tahun dan anti rayap.
Selain itu, jaman dahulu ada yang
namanya Perang Hakayau atau
Kayau. Di kala itu, kayau adalah
bahasa yang sangat angker bagi mas-
yarakat yang belum mengenalnya.
Menurut masyarakat Dayak, kepala
memiliki kekuatan supranatural yang
sangat tinggi dan sebagai simbol ting-
ginya strata/status sosial seseorang
dalam masyarakat. Semakin ban-
yak mendapatkan kepala dari hasil
mengayau, dalam tradisi adat Dayak
Kenyah, maka orang tersebut berhak
memiliki Taring Macan Kumbang di
telinga. Kehormatan tersebut biasa
diberikan dengan cara membuat
motif tato khusus tergantung daerah
masing - masing. Biasanya semakin
banyak hasil dari mengayau, bisa
dilihat dari Mandau, yaitu senjata
tradisional Kalimantan (terutama
Suku Dayak di Kalimantan Tengah),
yaitu semakin banyak Rambut di
Hulu Mandau dan juga semakin ban-
yak tato yang ia punya seperti tato
melingkar (biasanya para Pangkalima
yang memiliki tato ini).
Bentuk Rumah Betang adalah me-
manjang dan terdapat sebuah tangga
yang disebut hejot.Tangga dalam ru-
angan rumah harus berjumlah ganjil,
tetapi umumnya berjumlah tiga dan
berada di ujung kiri dan kanan, satu
lagi di depan sebagai penanda atau
ungkapan rasa solidaritas menurut
mitos tergantung ukuran rumah,
semakin besar ukuran rumah maka