( 1989) di Lapangan Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Pada waktu itu saya pun ikut berdesakan dalam audiensi umum saat itu. Namun kulihat terlalu jauh jarak antara Paus dan saya. Dan saya berdoa mohon bisa bersalaman karena saya berada di tempat tinggal Bapa Paus. Meski tiket tak menjamin kemungkinan bersalaman. Tetap memohon lewat Bunda Maria dalam doa Rosario.
Kerinduan penuh penantian membuat lupa capai berjalan dan lama berdiri di antara desakan karena padat dan berebut … berlari … mendekat jalur besar … tapi saya memutuskan untuk tetap ditempat karena tak tahu arah jalan kembali selain dengan“ guide” dan hanya mengandalkan Tuhan saja. Lautan manusia bergerak dalam satu tujuan yang sama keinginan bersalaman dengan Bapa Paus Yohanes Paulus II. Begitu rasanya menjadi orang asing diperantauan …. hanya Tuhan tempat harapanku. Seluruh gejolak hati tertampung dalam doa … terasing ditanah asing namun merasa satu keluarga sebagai keluarga besar Gereja Semesta yang universal umat Katolik sedunia.
Tepat pukul 11.00 waktu Roma waktu yang ditunggu-tunggu umat sejagad. Bapa Paus Yohanes Paulus II berjalan memasuki ruang podium akbar, tetapi tiba-tiba belok ke kiri dijalur ku berdiri. O ada harapan sampai ujung sekat pembatas umat dan Paus untuk menemui bersalaman dan memberkati kami semua. Rasa sukacita penuh syukur mendalam kudapatkan tangan kiri kupegang lengan Paus dan aku bersalaman langsung. Ada tangis sukacita dan syukur akan doaku terkabul. Itu merupakan anugerah cuma-cuma untuk saya. Tuhan datang lewat Bapa Paus dan ku bahasakan sebagai peristiwa mujizat dalam hidup saya. Setelah kusadar diri, tak kutemukan satu teman di dekat saya, selain“ guide.” Semua orang berhamburan berjuang mencari jalan berusaha untuk dapat bersalaman dengan Paus. Namun waktunya terbatas dan alhasil karena Bapa Paus terus berjalan menuju podium lewat jalur lain. Rabu depan setelah audiensi, banyak orang berduyun mencari dan mengambil photo dan ada saya di sana!
Kesempatan audiensi kedua, 20 tahun kemudian, saya mendapat kesempatan dalam peziarahan ke Gereja St. Petrus, Vatikan, Roma dalam rangka Perayaan
Kanonisasi Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II( 27 April 2014). Paus Fransiskus memimpin perayaan upacara Kanonisasi penggelaran SANTO pada hari itu. Kesempatan ziarah berikutnya adalah setiap ada kelompok merayakan Ekaristi, saya selalu memilih di kapel Santo Paus Yohanes Paulus II yang berada di dalam Gereja St. Petrus, Vatican, Roma. Dalam Ekaristi selalu dalam kelompok berbagai bahasa para peziarah yang datang bergantian setiap hari. Kapel Paus Yohanes XXIII berurutan di samping kanan Paus Yohanes Paulus II. Rasa hati terkait dalam devosi kepada Santo Yohanes Paulus II, karena Allah Mahabaik dalam menyelenggarakan hidup saya. Saya bangga dengan Santo yang satu ini, yang menambahkan Peristiwa Terang dalam doa Rosario dan selalu berdevosi ke Kapel Santa Faustina pewarta Kerahiman Illahi.
Yang hadir dalam perayaan Kanonisasi ada 800.000 orang dan lapangan Gereja St. Petrus hanya menampung 500.000 orang. Sedangkan 300.000 orang yang lainnya menyaksikan lewat layar di lorong jalan yang menuju Vatikan. Seperti di jalan Ottaviano-San Pietro sampai menuju jalan Flaminio, di sepanjang jalan Trastevere, Jalan Valle Aurelia. Semalaman kami menginap di sekitar lapangan St. Petrus dan pulangnya tak mudah untuk menemukan kendaraan umum, sehingga berjalan melewati beberapa halte hampir sampai Mancini dan 15 menit
Audiensi Umum 13 Maret 1994
kita sampai rumah Biara Induk SND di Via Della Cammilutia 687, Roma, Italia. Pengalaman hidup yang membanggakan sebagai Gereja Universal dari perjumpaan dengan aneka bangsa diseluruh dunia, mampu mengatasi diri dari penat tak sebanding dengan pengalaman berharga dari sejarah peziarahan ini.
Saya bersyukur pada Tuhan dalam pengalaman peristiwa agung Gereja Semesta bahwa Rahmat Tuhan itu diberikan cuma-cuma dan tak mudah terulang kembali meski ada kesempatan audiensi lagi bersama Paus Fransiskus. Meskipun tak pernah dapat bersalaman kendati hanya tinggal berjarak 1m saja. Kini Umat Katolik bertambah banyak yang berziarah ke Gereja St. Petrus, Vatikan, Roma, maka audiensi diselenggaraka di Lapangan Gereja St. Petrus, Vatikan, Roma dan mulai lebih awal yaitu pukul 10.00 waktu Roma. Anugerah kebaikan Tuhan yang saya terima dengan cuma-cuma lewat Kongregasi SND Internasional, mengarahkan diriku untuk hidup dalam penantian“ Tuhan Datang” mengajak dan meneguhkan untuk hidup dalam pengharapan dan penuh syukur akan kebaikan Tuhan penyelenggara hidup kita.
Sr. Maria Lusi Halim, SND
Notre Dame | Juli-September 2017
11