My first Magazine hadila september | Page 65

TELAGA Telaga SUPOMO,S.S Pegiat Sosial P agi identik dengan kesegaran. Suasana pagi memberikan pesan bahwa waktu masih longgar. Pagi sering dimaknai sebagai sebuah awal hari, awal aktivitas dan awal kehidupan. Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan, “Pagi hari bagi seseorang seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya.” Meski masih pagi, ada sebagian orang yang sudah berkeringat dan sudah menunaikan banyak kegiatan. Namun ada juga, pagi sudah berlalu masih saja santai menjalani kehidupan. Suatu saat Rasulullah Sawbertanyakepada para sahabat, “Siapa di antara kamu yang berpuasa hari ini?” Abu Bakar Ra menjawab, “Aku.” Rasulullah Saw bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah mengantarkan jenazah hari ini?” Abu Bakar RA berkata, “Aku,”Rasulullah Saw berkata lagi, “Siapa di antara kalian yang telah memberi makan orang miskin hari ini?” Abu Bakar berkata lagi, “Aku.” Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang telah menjenguk orang sakit hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Aku”. Rasulullah SAW kemudian berkata, “Jika terkumpul seluruh amalan pada seseorang (seperti ini), niscaya dia akan masuk surga.” Dalam sehari, sahabat Abu Bakar Ash Shidiq telah menghimpun empat kebaikan. Dalam rentang waktu yang sama masih banyak diantara kita yang belum menunaikan satu pun kebaikan. Waktu muda, adalah puncak kekuatan seseorang dalam melakukan berbagai aktivitas, termasuk dalam menunaikan ketaatan pada Allah Swt. Manusia tidak bisa lepas dari siklus kehidupan yang sudah baku: lahir dalam keadaan lemah, kemudian tumbuh dan terus menguat, setelah itu menurun dan menua, kemudian kembali lemah. Sebagaimana firman Allah Swt, “Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (Q.S. Ar- Ruum: 54) Jika kita berpikir urusan investasi akhirat dipikirkan nanti saja kalau sudah tua, sama maknanya kita kehilanganwaktu pagi. Kita kehilangan masa terbaik manusia dalam beramal. Kita dengan sengaja menyiapkan kehidupan akhirat kita yang abadi dengan tenaga dan waktu sisa. Menyiapkan sesuatu urusan yang amat besar dan amat penting di waktu-waktu sisa. Apa yang bisa kita lakukan dengan kekuatan sisa yang sudah melemah dan dalam rentang waktu sisa yang sudah tak lama? Maha Benar Allah yang telah mengingatkan kita dengan firman-Nya, “Yaquulu yaa laitanii qaddamtu lihayaatii.” (Dia mengatakan: ‘Alangkah baiknya kiranya, (jika) aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.”)<> 65 | September 2018 | Edisi 135