TELAGA
Telaga
SUPOMO,S.S
Pegiat Sosial
P
agi identik dengan kesegaran.
Suasana pagi memberikan
pesan bahwa waktu masih
longgar. Pagi sering dimaknai
sebagai sebuah awal hari,
awal aktivitas dan awal kehidupan.
Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan,
“Pagi hari bagi seseorang seperti waktu
muda dan akhir harinya seperti waktu
tuanya.”
Meski masih pagi, ada sebagian
orang yang sudah berkeringat dan
sudah menunaikan banyak kegiatan.
Namun ada juga, pagi sudah
berlalu masih saja santai menjalani
kehidupan. Suatu saat Rasulullah
Sawbertanyakepada para sahabat, “Siapa
di antara kamu yang berpuasa hari ini?”
Abu Bakar Ra menjawab, “Aku.”
Rasulullah Saw bertanya lagi, “Siapa
di antara kalian yang telah mengantarkan
jenazah hari ini?” Abu Bakar RA
berkata, “Aku,”Rasulullah Saw berkata
lagi, “Siapa di antara kalian yang telah
memberi makan orang miskin hari ini?”
Abu Bakar berkata lagi, “Aku.”
Rasulullah SAW bertanya lagi,
“Siapakah di antara kalian yang telah
menjenguk orang sakit hari ini?” Abu
Bakar menjawab, “Aku”. Rasulullah
SAW kemudian berkata, “Jika terkumpul
seluruh amalan pada seseorang (seperti ini),
niscaya dia akan masuk surga.”
Dalam sehari, sahabat Abu Bakar
Ash Shidiq telah menghimpun empat
kebaikan. Dalam rentang waktu yang
sama masih banyak diantara kita yang
belum menunaikan satu pun kebaikan.
Waktu muda, adalah puncak
kekuatan seseorang dalam melakukan
berbagai aktivitas, termasuk dalam
menunaikan ketaatan pada Allah Swt.
Manusia tidak bisa lepas dari siklus
kehidupan yang sudah baku: lahir
dalam keadaan lemah, kemudian
tumbuh dan terus menguat, setelah
itu menurun dan menua, kemudian
kembali lemah. Sebagaimana firman
Allah Swt, “Allah-lah yang menciptakan
kamu dari keadaan lemah, kemudian
Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan
lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah
(kembali) dan beruban. Dia menciptakan
apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha
Mengetahui, Mahakuasa.” (Q.S. Ar-
Ruum: 54)
Jika kita berpikir urusan investasi
akhirat dipikirkan nanti saja kalau
sudah tua, sama maknanya kita
kehilanganwaktu pagi. Kita kehilangan
masa terbaik manusia dalam beramal.
Kita dengan sengaja menyiapkan
kehidupan akhirat kita yang abadi
dengan tenaga dan waktu sisa.
Menyiapkan sesuatu urusan yang amat
besar dan amat penting di waktu-waktu
sisa. Apa yang bisa kita lakukan dengan
kekuatan sisa yang sudah melemah dan
dalam rentang waktu sisa yang sudah
tak lama?
Maha Benar Allah yang
telah mengingatkan kita dengan
firman-Nya, “Yaquulu yaa
laitanii qaddamtu lihayaatii.” (Dia
mengatakan: ‘Alangkah baiknya
kiranya, (jika) aku dahulu mengerjakan
(amal saleh) untuk hidupku ini.”)<>
65 |
September 2018 | Edisi 135