My first Magazine hadila september | Page 12

FOKUS UTAMA
April mencontohkan di rumahnya, ada waktu-waktu tertentu kapan televisi harus ditonton. Televisi biasanya boleh diakses saat anak-anak pulang sekolah, dengan lama menonton yang dibatasi, dan sudah harus dimatikan sebelum azan magrib.
Terkait perlu tidaknya orangtua membantu menyiapkan segala keperluan anak di pagi hari, Aprilia mengatakan semakin bertambah usia anak, idealnya semakin bertambah juga kemampuannya. Jika terlalu sering dibantu, dikhawatirkan akan mengganggu proses tumbuh kembang anak. Berikan kesempatan anak untuk melakukan sendiri. Jika anak belum sekolah, berikan tanggung jawab pada mereka untuk mandi, pakai baju, dan makan sendiri.
Aturan ini juga harus disamakan saat anak bersama nenek-kakek atau pengasuhnya. Mintalah mereka untuk saling menghargai aturan yang sudah disepakati orangtua. Prinsipnya, aturan yang diterapkan di rumah harus disepakati dan dilakukan sama, baik oleh orangtua atau pengasuh atau kakek nenek. Jangan sampai ada perbedaan perlakuan.“ Oleh orangtua tidak boleh tapi sama nenek, boleh. Ini tentu akan mengganggu proses belajar anak dalam melaksanakan aturan yang sudah disepakati. Selalu semangati anak sehingga dia pun akan terus semangat untuk melakukannya,” jelasnya.
Komunikasi Keluarga
April menambahkan komunikasi di dalam sebuah keluarga dapat dipetakan menjadi; komunikasi suami-istri, orangtua-anak, orangtua-nenek / kakek, orangtua-pengasuh( bagi pasutri yang keduanya bekerja dan menggunakan jasa pengasuh).
Dalam konteks komunikasi orangtua-anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, usia, jenis kelamin, kepribadian anak. Berbicara dengan anak balita tentu tak sama dengan remaja. Isu yang diangkat juga berbeda. Respons dari anak laki-laki dan perempuan berbeda. Dengan anak perempuan, orangtua bisa bicara panjang, dengan anak laki-laki belum tentu.
Kedua, kondisi orangtua dan anak, serta kondisi sekitar. Ada saatnya orangtua merasa lelah, kesal, bahkan marah. Jika ini terjadi, tahan dulu untuk mendiskusikan sesuatu. Begitu juga dengan kondisi anak, apakah dia sedang enak diajak bicara, atau sedang kesal / sedih. Lihat juga kondisi sekitar, apakah terlalu ramai sehingga sulit mendengar suara lawan bicara.
Ketiga, fokus pada pesan yang ingin disampaikan. Kebanyakan orangtua senang berbicara panjang lebar sehingga anak kurang bisa menangkap pesan atau hal utama yang ingin disampaikan.
Hal paling mendasar dalam berkomunikasi dengan keluarga, dalam hal ini, orangtua-anak adalah kelekatan. Ini yang harus dibangun terlebih dulu sejak anak masih di dalam kandungan. Misalnya dengan mengelus perut, mengajak bicara, dan mendoakannya. Jika orangtua dan anak sudah samasama merasa lekat, hal-hal yang disampaikan orangtua kepada anak, akan jauh lebih mudah dimengerti anak. Anak melakukannya dengan rasa sayang kepada orangtua, bukan sebuah keterpaksaan.
Komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anak haruslah dua arah; ketika anak menyampaikan pendapatnya, orangtua harus mendengar dengan sungguh-sungguh dan mengedepankan diskusi agar orangtua dan anak bisa saling memahami. <>