MINA BAHARI Edisi II - 2017 | Page 81

TOKOH 79

Alhamdulillah nelayan itu happy, karena inovasi saya datang dari hati. Hati itu maksudnya para nelayan itu mengungkapkan masalahnya dari

” hatinya

Sampai saat ini adakah pelanggan tetap? Sampai saat ini saya sudah menetapkan distributor di beberapa daerah. Tapi yang perlu diingat adalah pentingnya kepuasan pelanggan( customer satisfaction). Apabila ada kerusakan saya ganti baru seperti garansi. Kalau sudah dua kali rusak, sulit, karena nggak ada modalnya. Itu konsekuensinya dalam berjualan.
Saya belum memiliki tim marketing. Jadi, selain sebagai peneliti saya juga sebagai penjual. Saya belajar ini ilmu marketing ketika menjadi TKI di perusahaan Jepang. Meyakinkan barang baru lebih susah daripada barang yang sudah ber-merk. Banyak kecurigaannya. Untuk melihat barang itu berhasil, jangan dibeli oleh pemerintah tapi dibeli oleh orang lain karena kita berhadapan langsung dengan konsumen( head to head).
Dok. Pribadi
sampai ketika di sana kita beri janji-janji palsu ketika mau bantu mereka lewat teknologi karena kelamaan nunggu anggaran turun. Yang ada mereka jadi sakit hati. Jadi lebih baik kita kerja sama dengan CSR atau dan ventura-nya jadi bisa saya pakai dulu. Bagaimana tanggapan dari nelayan atas temuan bapak? Saya serahkan semua ke pasar. Ada jelek, ada kurang, ada sinis, silahkan mereka yang menilai. Alhamdulillah nelayan itu happy, karena inovasi saya datang dari hati. Hati itu maksudnya para nelayan itu mengungkapkan masalahnya dari hatinya
Jadi inovasi dari hati itu lebih mengena. LE- DIKAN saja saya buat sudah enam varian, dulu saya buat alat ini besar ukurannya, lalu saya sederhanakan jadi dua tombol yang mana sebelumnya enam tombol karena nelayan yang minta untuk dibuatkan lebih simpel.
Apakah alat-alat yang bapak ciptakan hanya untuk budidaya saja? Ada juga untuk perikanan tangkap. Seperti LE- DIKAN dan ACAH. Alat-alat yang banyak dibutuhkan nelayan itu LEDIKAN, Kantong Rumput Laut( KRL), dan Aerator Dua Lapis( ARL).
Ada nelayan yang lapor, setelah menggunakan LEDIKAN ini mereka bisa mendapatkan 3 kotak ikan gabus dalam semalam. Sementara harga ikan gabus sekotak itu Rp400 ribu. Mereka bisa dapat sekitar Rp1,2 juta per hari. Dalam sepuluh hari mereka sudah balik modal. Peneliti pun juga harus menghitung. Bila kita jual alat ini ke nelayan, bisa balik modal nggak.
Saran bapak terhadap penelitian lain mengenai konflik penggunaan cantrang? Penting untuk mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat. Setelah itu kita buatkan skema kemudahan untuk mendapatkan barang itu. Jadi, saya buatkan jaminan menabung bekerja sama dengan KUD dan perbankan. Hasil dari tabungan kelompok mereka itu bisa digunakan untuk perbaikan alat. Bukan saya asal kasih saja. Kalau mereka mau pakai sistem bagi hasil juga tidak masalah.(* IM / MDKW)
MINA BAHARI | Agustus 2017