10
SAJIAN UTAMA
Ocean Right : Paradigma Baru Kelola
Laut Berkelanjutan
Berdasarkan data WWF tahun 2015, di Indonesia,
Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing
dan overfishing menyebabkan rumah tangga nelayan
Indonesia berkurang sebanyak 50% dalam kurun
waktu 10 tahun, yaitu dari 1,6 juta tahun 2003 men-
jadi hanya 800 ribu tahun 2013. Tak hanya itu, IUU
fishing juga mengancam sekitar 65% terumbu karang
Indonesia yang merupakan habitat dan tempat repro-
duksi ikan.
Permasalahan mengenai IUU Fishing ini dibahas
kembali dalam Rapat Koordinasi Nasional Satuan
Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan Secara
Ilegal (Satgas 115) di Hotel Grand Sahid Jakarta, Se-
lasa (11/7). Acara yang merupakan hari kedua dari
tiga hari acara yang diagendakan ini membahas tin-
dakan pemberantasan IUU Fishing demi menjaga
kedaulatan negara serta keberlanjutan sumber daya
kelautan dan perikanan, sebagai upaya meningkat-
kan kesejahteraan rakyat.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut
Binsar Pandjaitan menyampaikan dukungan dan
apresiasinya terhadap hasil kerja Kementerian Ke-
lautan dan Perikanan (KKP) terutama Satgas 115 da-
lam memberantas IUU fishing. Menurutnya, ini mer-
upakan salah satu upaya Indonesia dalam memenuhi
kesepakatan politis global Sustainable Development
Goals poin 14 yaitu perlindungan lingkungan laut dan
keberlanjutan sumber daya ikan. Dunia telah menen-
tukan bahwa pada 2020 “overfishing”, IUU Fishing,
dan “destructive fishing practices” harus dihentikan.
Sampai saat ini, upaya KKP telah membuah-
kan hasil, di mana nilai tukar nelayan secara stabil
meningkat sejak tahun 2014 (104,63) sampai tahun
2016 (108,24). Sumbangan subsektor perikanan
dalam PDB pun terus meningkat dari 2,14 di tahun
2012 menjadi 2,51 di tahun 2015 dan terus mening-
kat menjadi 2,56 di tahun 2016.
Mulai 2014, neraca perdagangan komoditas ikan
Indonesia untuk pertama kalinya sejak tahun 2009
berada di atas Thailand. Pada 2014, nilai komoditas
ikan Indonesia kurang lebih 4 miliar dolar AS, se-
dangkan Thailand tercatat kurang dari 4 miliar dolar
AS. Indonesia mengalami peningkatan rata-rata se-
besar 8,71% per tahun, dibandingkan dengan Thai-
land yang mengalami penurunan rata-rata sebesar
5,67%.
MINA BAHARI | Agustus 2017
“Angka-angka yang saya sebutkan memperlihat-
kan manfaat pemberantasan illegal fishing terhadap
perekonomian negara,” terang Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti.
Menteri Susi mengaku pihaknya terus mengupay-
akan berbagai solusi untuk melakukan pemberan-
tasan illegal fishing. Menurutnya penegakan hukum
saja tidaklah cukup untuk memulihkan kembali laut
yang sudah terdampak. Salah satu upaya penting
yang harus dilakukan adalah dengan mengakui hak
laut (ocean rights) sebagai perangkat (means) untuk
mencapai kesehatan laut (healthy ocean).
“Kita selalu berpikir bahwa laut dan isinya merupa-
kan obyek. Ini justru menimbulkan kecenderungan
tindakan eksploitasi sumber daya alam sebesar-be-
sarnya untuk kepentingan jangka pendek manusia,”
terang Menteri Susi dalam pemaparannya sebagai
keynote speaker.
Inilah yang kemudian oleh Menteri Luhut disebut
sebagai tantangan utama dalam pemberantasan IUU
Fishing. Yaitu mewujudkan keseimbangan antara ke-
berlanjutan sumber daya alam dengan kesejahteraan
masyarakat. Menurut Menteri Luhut, sulit mencip-
takan kesepahaman di antara masyarakat khususn-
ya mengenai larangan kapal cantrang dan larangan
praktik perikanan destruktif.
Maka dari itu, Menteri Susi menjelaskan bahwa
perlunya pengakuan ocean rights. Di mana penga-
kuan itu mengandung konsekuensi diberlakukannya
hukuman (sanksi) apabila terjadi pelanggaran terha-
dap hak tersebut. Selain itu, pengakuan ocean rights
mengandung implikasi bahwa setiap warga negara
berkewajiban untuk menjaga hak laut.
“Memberlakukan laut setara dengan manusia
sebagai subyek hukum melahirkan pemikiran untuk
memberlakukan hukuman yang lebih berat terhadap
manusia atau korporasi yang melanggar hak laut,” te-
gas Menteri Susi.
Ini dinilai sangat penting, sebab sebanyak 2/3
nilai ekonomi laut ini dihasilkan dari aset yang sangat
bergantung pada healthy ocean. Sementara itu, aset
utama dari laut paling sedikit bernilai 24 triliun dolar
AS.