Media Informasi Kemaritiman Cakrawala Edisi 417 Tahun 2013 | Page 6
PERAN STRATEGIS DAN
POSISI TAWAR PPAL
KE DEPAN
S
etelah 68 tahun merdeka dan beberapa kali pemerintah
berganti, barulah sekarang konsep pembangunan TNI
menunjukkan arahnya yang benar. Berbagai kebijakan
pemerintah khususnya di bidang pertahanan - antara lain
pengadaan berbagai jenis alutsista baru TNI AL - adalah bukti
keseriusan sekaligus orientasi kebijakan pertahanan Indonesia
telah mempertimbangkan aspek geografis sebagai negara
kepulauan. Pelan tapi pasti, orientasi kebijakan pertahanan
Indonesia mulai mengalami pergeseran. Dengan kata lain,
dalam 10 tahun terakhir, kebijakan pertahanan Indonesia mulai
menemukan identitasnya. Konkretnya, visi maritim Indonesia
mulai tumbuh dan berkembang sebagaimana diharapkan.
Keseriusan pemerintah dalam membangun sistem
pertahanannya, juga terlihat dari indikator anggaran pertahanan
yang ditetapkan. Dalam 10 tahun terakhir, anggaran pertahanan
meningkat tajam dari Rp 30,7 triliun pada tahun 2003, menjadi
Rp 81,8 triliun pada tahun 2013. Tapi dihadapkan pada total
GDP, proporsinya tetap saja masih terlalu kecil, yakni hanya
0,8%. Idealnya anggaran pertahanan negara sebesar dan
sepenting Indonesia, minimal 2,5%. Di kawasan, Indonesia
hanya menduduki urutan ke-7 setelah Singapura (4,3% GDP),
Brunei Darussalam (3,2% GDP), Vietnam (2,2% GDP), Malaysia
(2,0% GDP), Thailand (1,4% GDP), dan Filipina (1,4% GDP).
Dengan demikian, Indonesia termasuk negara yang paling kecil
anggaran pertahanannya. Kondisi tersebut mungkin membuat
negara lain merasa nyaman sesuai paradigma seribu sahabat
tanpa musuh. Persoalannya, bagaimana kita dapat meyakinkan
publik, bahwa di Indonesia isu keamanan adalah persoalan
penting?
Markas Besar TNI sebenarnya telah banyak memberikan
masukan. Namun minimnya pemahaman tentang peran
strategis TNI, juga masih rancunya pemahaman terminologi
keamanan, menyebabkan berbagai saran, masukan, dan kajian
selalu kandas di tengah jalan. Contoh konkret RUU Komponen
Cadangan dan RUU Keamanan Nasional. Sulit dipercaya,
sebuah RUU yang sangat penting dan mendesak bagi negara
sebesar Indonesia, tetapi sudah sekian lama menggantung dan
semakin tidak jelas arahnya.
Seberapa signifikan?
Sebagai garda terdepan sekaligus benteng terakhir bangsa,
TNI sungguh prihatin. Ingin rasanya TNI bersuara lantang
bahkan berteriak. Namun TNI sadar zaman sudah berubah. TNI
tetap memilih bersikap profesional. TNI tidak ingin dianggap
melanggar aturan main, sehingga memantik tudingan TNI
kembali berpolitik praktis.
Di sinilah pentingnya peran para purnawirawan TNI,
khususnya TNI AL. Sebagai wadah bagi para purnawirawan TNI
AL, Persatuan Purnawirawan TNI AL (PPAL) dapat memainkan
peran strategisnya untuk mengisi kekosongan di ruang
publik. Tak bisa disangkal bahwa para purnawirawan adalah
ensiklopedia hidup. Pengalaman panjangnya selama dinas aktif
menyebabkan para purnawirawan paham benar akan apa yang
dibutuhkan TNI dan apa pula hambatan yang sesungguhnya
dihadapi TNI.
Semasa dinas aktif, memang aneh bila di luar struktur,
seorang perwira bermanuver kesana-kemari dan berteriak iniitu. Selain pasti dianggap tidak tahu aturan, bisa jadi sikapnya
dianggap pembangkangan (lobbying). Namun setelah pensiun
dan kembali ke masyarakat, di sinilah kehidupan sesungguhnya
baru dimulai. Dalam tradisi Barat, pensiun disebut retire
yang secara harfiah artinya ban baru, dan secara filosofis
maknanya kehidupan baru. Inilah momen berharga di mana
para purnawirawan bisa bebas berkreasi, bebas berinovasi,
dan bebas berekspresi. Pada momen ini juga komitmen dan
konsistensi seorang purnawirawan sekaligus diuji. Masihkah
spirit membangun TNI AL tetap dipertahankan. Masihkan
idealisme membangun kejayaan kembali Indonesia sebagai
negara maritim terus digelorakan.
Banyak cara dan jalan bisa ditempuh PPAL, antara lain jalur
politik, pendidikan, budaya, dan olahraga. Jalur politik bisa diawali
misalnya, dengan pembentukan ormas/parpol yang berorientasi
maritim, termasuk pembentukan lembaga kajian yang kredibel
guna menggali dan menemukan ide-ide brilian sekaligus pemberi
solusi berbagai persoalan kebangsaan. Jalur pendidikan bisa
dengan menyisipkan kurikulum berbasis maritim ke dalam
kurikulum pendidikan nasional. Jalur budaya bisa dengan lebih
fokus mengeksplorasi keunikan dan keanekaragaman budaya