Media Informasi Kemaritiman Cakrawala Edisi 414 Tahun 2013 | Page 81
dengan seberapapun berkat yang
kita terima?, namun kenyataannya
rasa cukup bagi sebagian manusia
belum puas dengan berkat-berkat
yang diterima lewat rumah yang
mewah serta mobil yang ada di
garasi dan beraneka fasilitas yang
dimiliki.
Bahagia adalah kombinasi
antara rasa cukup dengan ucapan
syukur. Ketika hati sanggup
berkata “cukup”, maka godaan
yang dapat menggoyahkan iman
seseorang melalui perilaku yang
tidak terpuji akan sirna dan tidak
akan mampu menggoyahkan
integritas kita. Bukankah itu yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus lewat
Doa Bapa Kami, “Berikanlah kami
pada hari ini makanan kami yang
secukupnya.” Selalu ada alasan
untuk
senantiasa
mengucap
syukur. Rasa cukup terbangun
ketika kita percaya bahwa Tuhan
sanggup memelihara hidup kita
hari ini, besok dan seterusnya. Itu
yang membuat kita mempunyai
penguasaan diri untuk tidak
mengambil lebih banyak daripada
yang telah ditakarkan bagi kita.
Kredo ini berlaku disemua profesi
dan di level di manapun kita
berada.
Kisah bangsa Israel di padang Gurun Sinai memberi kita
pelajaran di mana saat itu bangsa
Israel bersungut-bersungut meminta roti, maka Tuhan pun mengirimkan manna sebagai makanan
mereka. Tuhan dengan jelas mem-
beri perintah bahwa mereka hanya
boleh mengumpulkan mana sesuai
keperluannya, tidak boleh lebih.
Namun, ada banyak orang dari
bangsa itu yang dengan tamak
mengumpulkan lebih. Akibatnya,
manna menjadi terbuang percuma
karena berulat dan bau busuk.
Dalam pembacaan kita Lukas 3 : 14, Yesus mengatakan,
“Cukupkanlah dirimu dengan gajimu.” Itu artinya, seberapapun
gaji yang kita terima, pasti cukup,
selama kita mempunyai hikmat
untuk mengelolanya. Tuhan membenci ketamakan. Oleh sebab itu,
Ia pernah murka kepada bangsa
Israel dan mengirim tulah di Kibrottaawa di mana tempat ini terkubur
orang-orang yang bernafsu rakus,
di mana tempat mereka berkemah
tanahnya terbelah sehingga manusia dan kemahnya terperosok kedalamnya dan tertimbun.
Bila kita memperhatikan
bencana alam yang terjadi beberapa waktu yang lalu silih bergati
menerpa negeri kita di berbagai
tempat cukup memprihatinkan,
di mana cukup banyak korban
yang meninggal akibat Tsunami
gelombang yang dasyat serta
reruntuhan bangunan serta tanah yang longsor, jalan yang
dilalui oleh manusia terbelah
mengakibatkan ada banyak orang
terperosok dan jatuh ke dalam. Ini
pertanda bahwa kehidupan kita
manusia tidak memiliki kekuatan
apa-apa, sehingga wajar apabila
Keindahan alam yang terjaga dari ketamakan manusia.
kita senantiasa setia dan taat akan
FirmanNya. Dewasa ini manusia
dipenuhi
dengan
ketamakan,
karena nafsu inilah hutan menjadi
gundul, keindahan alam menjadi
rusak, iklim mulai berubah alam
yang hijau mulai tercemar, begitu
banyak orang mementingkan diri
sendiri tidak peduli dengan orang
lain, yang penting dirinya bisa
menikmati kenikmatan duniawi
yang mungkin tidak disadari telah
menyakiti orang lain yang ada
disekitarnya dan mungkin ada
juga hak atau milik orang yang
diambil.
Namun bila seseorang merasa cukup, maka diapun akan
melakukan tugasnya dengan sepenuh hati dan fokus pada inti
pekerjaan yang dijalani. Pada sisi
lain, kita harus percaya bahwa
Tuhan sanggup memenuhi segala
keperluan kita dengan caraNya
yang ajaib. Tuhan yang akan memelihara hidup kita. KepadaNya
kita bergantung, bukan pada harta atau benda materi apapun.
Sehingga kita senantiasa bersyukur untuk berkat-berkat yang kita
peroleh serta memohon kekuatan
untuk penguasaan diri kita, agar
tidak tergoda melakukan yang
tidak berkenan di mata Tuhan.
Hidup kekristenan adalah hidup
penuh ujian, ujian terhadap iman
akan membuktikan diri kita yang
sebenarnya di hadapan Tuhan.
Tuhan memakai setiap ujian untuk
mengetahui kedalaman hati kita
terhadap materi, jabatan yang
dipercayakan pada kita apakah kita
mampu untuk tidak terpengaruh
dengan tawaran-tawaran duniawi
yang hanya untuk menyenangkan
sesaat. Kita menyadari bahwa
berkat yang kita dapatkan hanya
merupakan titipan sementara yang
harus
dipertanggungjawabkan
dan untuk memuliakan Tuhan.
Semoga kasihNya terus menyertai
dan menguatkan kita menjalani
kehidupan ini.©Hendra Pakan
Cakrawala Edisi 414 Tahun 2013
81