berusaha melamar menjadi dosen dan wartawan,” katanya.
Sempat diterima menjadi wartawan di salah satu program TV nasional, semangat Philips kembali membara, terlebih TV swasta yang menerimanya konon membuka biro di luar negeri. Hanya Philips dan temannya Hanif Suranto( saat ini direktur LSPP( Lembaga Studi Pers dan Pembangunan)) yang diterima pada TV nasional tersebut. Namun sayang, karena krisis moneter semua program TV yang diterimanya itu membatalkannya.“ Dampak krismon luar biasa, menampar semua program news TV nasional kala itu,” imbuhnya.
Dapat Beasiswa
Pada saat yang sama, Philips melamar beasiswa pasca sarjana ke Australia. Namun ada rasa khawatir dalam dirinya karena pernah bekerja di perusahaan swasta. Saat diinterview, ia bertemu dengan seniornya dahulu.“ Ada senior saya juga di interview. Dia lulus S1 di HI dan bekerja sebagai HRD di Hotel Borobudur, dia mau ambil Studi Manajemen SDM untuk program beasiswa ini. Lalu dia duluan yang diinterview, dia ditanya-tanya kenapa jurusan HI ambil Manajemen. Wah pasti saya akan ditanya seperti itu juga,” ceritanya.
Tibalah giliran Philips diwawancara, benar saja! Ia ditanya sama seperti seniornya dulu, berbekal jawaban sok tahu-nya Philips lantas menjawab,“ Ada orang yang loyal dengan pekerjaan, seperti teman saya sebelumnya, dia mau mengembangkan potensinya di bidang pekerjaannya, sementara saya mau loyal dengan ilmu saya,” katanya sambil tertawa.
Ternyata mereka berdua diterima, tidak ada jawaban yang salah dari keduanya. Januari 1999 Philips ke Adelaide, sementara seniornya itu ke Melbourne.“ Mungkin itulah salah satu kunci bagi para pengejar beasiswa, yang penting yakin dan percaya diri aja,” sarannya.
Bergabung dengan CSIS
Setelah berhasil merampungkan studi S2-nya pada 2001 Philips membuat tesis mengenai Hubungan Demokratisasi Politik Luar Negeri. Tesis Philips yang kemudian membuatnya bergabung sebagai peneliti CSIS di bawah Departemen Hubungan Internasional.“ Saat itu ada banyak sekali penelitian mengenai Indonesia, namun hanya sedikit yang meneliti soal hubungan politik luar negeri,” paparnya.
Bagi Philips, bekerja di CSIS sangat menyenangkan. Secara akademik, dan jaringan CSIS yang berdiri sejak September 1971 itu sudah sangat baik dibanding dengan institusi serupa di Indonesia. Di CSIS, Philips lebih mendapatkan kebebasan dibanding cita-citanya dulu menjadi dosen.“ Di sini kita mau ngomong apa saja terserah, sepanjang bisa dipertanggung jawabkan. Sebagai peneliti, ruang gerak saya bebas, saya bisa mengajar, mengisi seminar, bisa produktif sebagai penulis dan peneliti,” paparnya.
CSIS memang menyarankan para penelitinya untuk aktif menulis di tempat lain dan mengajar sebagai bagian dari edukasi publik. Meskipun tidak menjadi dosen tetap, saat ini Philips mengajar secara paruh waktu di Pasca Sarjana Universitas Paramadina.“ Mengajar itu penting, karena kami di CSIS mendorong untuk mengajar. Kalau kita di sini hanya baca namun tidak di-share jadi nggak bermanfaat,” imbuhnya.
Bagi Philips, menjadi peneliti itu harus aktif. Terutama aktif di luar dalam menulis dan menularkan ilmunya ke masyarakat.“ Di CSIS itu sebetulnya tidak ada karir. Pengakuan terbesar kita sebagai peneliti itu sebenarnya dari luar. Dari orang-orang yang membaca tulisan, karya, dan opini kita. Pengakuan itu tidak harus melulu soal materi. Dengan kita membuat kajian, media dan masyarakat mengapresiasi kita itu satu hal yang membuat pekerjaan sebagai peneliti itu mengesankan,” terangnya.
Pada 2005, Philips melanjutkan studi S3 di Northern Illinois University USA, mengambil Komperatif Politik secara Sainstifik.“ Saya studi S3 di Amerika mengalami banyak hal baru. Penelitian di sana kuantitatif( positivistik). Biasanya di Indonesia itu kajian sospolnya kualitatif. Saya lantas belajar mengenai statistik, hal yang baru bagi saya,” imbuhnya.
Sepulangnya dari Amerika pada 2011, Philips diangkat sebagai direktur Hubungan Internasional CSIS dan karirnya kini semakin melejit dengan dipercaya sebagai direktur CSIS. Prinsipnya, ilmu tidak pernah habis untuk dikejar, selalu ada ilmu baru bagi siapa saja yang tekun meraihnya.( IFR)
Gedung Pakarti Centre- Lokasi Kantor CSIS
Februari 2016 | mediaBPP | 33