23
Hall of Fame.
Jo Reiner Widjaja
Kenali Diri Untuk Gapai Mimpi
“Seberapa rapi dan teraturnya hidup yang kita jalani, kita tetap harus
punya rencana 5 tahun ke depan kita mau jadi apa,” Jo Reiner
S
enyum ramah terpancar
dari wajah Jo Reiner
Widjaja (22) saat ditemui
Majalah Prasmulyan di sela-sela
kesibukannya mengerjakan
tugas kuliah. Saat ditanya tentang
bagaimana resepnya agar bisa
berprestasi di dalam dan luar
kampus, mahasiswa tingkat akhir
S1 Marketing Prasetiya Mulya ini
menjawab bahwa kuncinya adalah
mengenali diri sendiri.
“Keputusan tepat bisa kita ambil
bila kita telah mengenal lebih jauh
tentang diri kita sendiri. Siapa
kita? Apa passion kita?” ujar Jo
yang hingga semester delapan ini
mengantongi IPK 3,9.
Menurut Jo, pertanyaan tersebut
harus dijawab sebelum berusaha
menggapai mimpi-mimpinya. Bagi
Jo, seberapa rapi dan teraturnya
hidup yang dijalaninya, ia tetap
harus punya rencana 5 tahun ke
depan mau jadi apa. Jebolan SMAK
1 Penabur Jakarta ini mengaku
bahwa salah satu jalan mewujudkan
mimpinya untuk berprestasi adalah
merasakan sebanyak-banyaknya
persaingan lewat ajang lomba.
Benar saja. Sosoknya tampak
semakin bersemangat saat
menjelaskan tentang prestasi yang
didapatnya pada 2014 lalu pada
kegiatan Unilever Future Leader’s
League (UFLL) 2014 Tingkat
Nasional.
Di ajang bergengsi itu Jo berhasil
menyabet penghargaan “Individual
Winner” dan “Second Team
Winner”, yang membuatnya berhak
mewakili Indonesia dalam ajang
UFLL 2015 Tingkat Internasional,
di London.
Menjadi salah satu dari 90
peserta kompetisi dari tiga puluh
negara yang berlaga di UFLL
London tidak membuat nyali
Joe ciut. Meski pemuda yang
gemar menulis ini menyadari
beban beratnya membawa nama
besar Indonesia sebagai juara
UFLL pada tahun 2013, ia telah
memiliki cara agar dapat melalui
beban itu bersama rekannya dari
perguruan tinggi lain dengan
menggunakan pengalamannya
di kompetisi yang telah ia
ikuti.“Dulu saya pernah ikut
lomba lain, dimana dua teman
saya mahasiswa Teknik dari
Unpad dan ITB yang sama sekali
tidak mengerti tentang bisnis
dan ilmu marketing, awalnya
jadi beban berat,” ujar salah satu
pendiri Opportunity, Wisdom,
Learning (OWL) Community ini.
Disitulah Jo menganggap sinergi
lintas disiplin sebagai salah
satu tantangan yang harus
diselesaikan dalam kompetisi.
Berbekal ilmu yang didapat
selama kuliah di Prasetiya
Mulya, ditambah bakat dan jiwa
enterpreuner yang dimiliki, Jo
akhirnya mampu mengatasi
segala hambatan yang ada.
“Ketika berbicara business plan,
pada intinya kita harus menjual
produk. Jadi walaupun mereka
mahasiswa teknik, saya ajak
mereka diskusi dan saya anggap
mereka sebagai konsumen agar
mereka bisa memberikan input
yang relevan dan bagus dari sisi
konsumen. Point-nya adalah
coba belajar mendengarkan satu
sama lain dan brain storming
sehingga ketika ada pendapat
yang berbeda, kita lakukan
voting,” jelas Jo yang saat ini sedang
menjalankan freelance consulting di
Potato Head.
Pada sisi yang lain, Jo memiliki
prinsip hidup untuk menghargai
waktu yang dijalani. Menurutnya
waktu adalah sesuatu yang sangat
berharga. Untuk itu, dalam
mengambil keputusan hidup ia akan
berusaha untuk tidak salah langkah.
Salah satu langkah yang diambil Joe
adalah terus belajar marketing dan
bisnis untuk menggapai impiannya
sejak SMA menjadi pengusaha media.
“I have always dream to have my own
media empire someday. Being able to
co-exist with in the world of business
and media at the same time,” harap
adik dari Joy Kartika (alumni S1
Finance Prasetiya Mulya 2007) dan
kakak dari Yo Renno (mahasiswa S1
Marketing Prasetiya Mulya