Diskusi Ekonomi dengan Prof. Didik J. Rachbini
14
Indonesia, PPI UK mengadakan diskusi dengan Prof. Didik J. Rachbini yang sedang berada di London. Prof. Didik adalah seorang ekonom yang tergabung pada Komite Ekonomi Nasional.
Memulai pemaparannya, Prof Didik melihat ke belakang bahwa pada krisis 97-98, Indonesia merupakan negara termiskin di dunia. Namun sekarang, Indonesia memiliki sangat banyak masyarakat yang sangat kaya. Untuk mengetahui kuat atau tidaknya suatu negara dapat dilihat pada sektor luar negeri. Indonesia pada zaman Presiden Soeharto jumlah ekspornya hanya 60 Miliar USD, sedangkan sekarang sudah 200 Miliar USD. Dan untuk APBN tahun ini mencapai 1,500 Triliun Rupiah, dibandingkan zaman Presiden Soeharto yaitu hanya 90 Triliun Rupiah. Hal ini menunjukkan ekonomi Indonesia yang sangat besar.
Beliau menggambarkan bahwa pada zaman dahulu, pelajar sangat sulit untuk mendapatkan beasiswa, dan jika ada pasti dari yayasan luar negeri karena pemerintah belum mampu menyediakan banyak beasiswa. Namun pada saat ini, pemerintah sudah cukup kaya dan memiliki sangat banyak beasiswa, namun malah kesulitan untuk mencari calon penerimanya.
Beliau juga mengutip pernyataan mantan
Akan tetapi, kemajuan ekonomi yang terjadi ternyata didampingi oleh karakter masyarakat yang gemar untuk berbelanja, bahkan sampai mengutang, sehingga ada kecenderungan "rakus akan impor".
Seperti diketahui, berdasarkan banyak studi, Indonesia saat ini merupakan negara dengan ekonomi nomor 16 dunia. Dan dalam 10-15 tahun diprediksi untuk menembus 10 besar. Pertumbuhan ekonomi ini dipompa oleh konsumsi yang besar. Akan tetapi, sektor indtustri kita justru kurang dan tidak mampu mengimbangi. Beliau juga menyambung bahwa seharusnya beasiswa yang diberikan harus lebih cenderung ke sektor indsutri dan produksi, dibandingkan dengan saat ini yang mayoritas ke social science.
Mengenai krisis yang terjadi saat ini, Komite Ekonomi Nasional (KEN) sebenarnya sudah memprediksi kejadian ini. KEN melakukan presentasi setiap 3 bulan sekali dihadapan seluruh Kabinet, dan telah mempresentasikan tentang potensi terjadinya krisis ini, sehingga seharusnya pemerintah telah mengetahui peluang terjadinya krisis kali ini.
Apa yang sebenarnya telah terjadi? Impor Indonesia pada saat ini kurang terkontrol sehingga mengakibatkan terganggunya neraca perdagangan (ekspor-impor). Salah satu yang menyebabkan goyangnya neraca perdagangan ini adalah besarnya impor BBM yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan BBM Bersubsidi dalam negeri, terutama saat harga BBM belum dinaikkan.
Prof Didik menyampaikan bahwa tidak pernah neraca perdagangan Indonesia itu
Kondisi ekonomi Indonesia yang saat ini menurun membuat para WNI, baik dalam maupun di luar negeri menjadi khawatir. Untuk lebih mengerti tentang apa yang terjadi di