buah pikir
Pengabdian kepada Masyarakat :
DIGITALISASI MARKETING
PENGEMBANGAN USAHA JUS HONJE
DESA MANGUNJAYA - PANGANDARAN
T
ri Dharma Perguruan Tinggi adalah hal-hal
dasar yang harus ada saat menjalani aktivitas
akademik. Dasar dan tanggung jawab
tersebut dilakukan secara terus-menerus dan
dikembangkan secara beriringan. Tri Dharma
Perguruan Tinggi merupakan wujud dari keseriusan
perguruan tinggi untuk menyajikan pendidikan yang
berkualitas. Oleh karena itu, Tri Dharma Perguruan
Tinggi sepatutnya telah menjadi budaya dan
kesadaran. Tanggung jawab Tri Dharma Perguruan
tinggi itu sendiri sebenarnya diberikan kepada
seluruh civitas akademik terutama dosen dan
mahasiswa. Dosen sebagai pengajar, pembimbing
sekaligus pendamping, sedangkan mahasiswa sebagai
anak didik yang menuntut ilmu. Dua elemen ini akan
terus berkaitan mengingat tak bisa disebut dosen
tanpa adanya mahasiswa, begitu sebaliknya. pengawet jus sulit di dapat. Padahal pesanan banyak dari
beberapa daerah sehingga tidak bisa tahan lama. Beberapa
metode pendekatan digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan di atas yaitu dengan
metode pelatihan, pembimbingan dan
monitoring. Beberapa hal dilakukan
oleh Tim Peneliti yaitu mendatangkan
beberapa ahli pelatihan strategi digital
marketing dalam rangka
mengembangkan usahanya pada
kegiatan PKM di Desa Mangunjaya
Kabupaten Pangandaran. Khusus bagi
pegiat UMKM Honjeku dalam hal
penerapan strategi digital marketing,
sehingga dapat memiliki daya saing dan dapat
mengembangkan usahanya.
Idealnya Tri Dharma Perguruan Tinggi ini
terinternalisasi ke dalam jiwa seluruh civitas
akademika, sehingga istilah ini bukan hanya slogan
atau jargon belaka. Namun menjadi budaya yang
disadari oleh semuanya. Tri Dharma Perguruan
Tinggi meliputi : Pendidikan, Penelitian dan
Pengembangan dan terkahir Pengabdian Kepada
Masyarakat. A.Pendahuluan
1.1.AnalisisSituasi
Masyarakat Kecamatan Mangunjaya, Kabupaten Pangandaran adalah masyarakat yang
berada di daerah subur untuk pertanian dan daerah nelayan karena berada dekat laut. Khusus di
daerah pertaniannya terdapat tanaman honje. Buah ini awalnya tidak mempunyai nilai ekonomi,
sehingga menjadi buah yang terbuang atau untuk mainan anak-anak di kampung-kampung.
Tetapi Bu Hj. Oyoh seorang guru yang mempunyai kepedulian pada masyarakat mempunyai
informasi bahwa buah honje dapat diolah untuk menjadi jus maupun produk lain yang
bermanfaat.
Honje atau kecombrang biasanya di buat untuk bumbu masakan saja, tetapi sebenarnya
ditangan orang-orang terampil kecombrang berubah dalam bentuk lain, sehingga nilai ekonomis
buah honje meningkat. Di Pangandaran sudah ada yang membuat jus honje yang semula hanya di
kenal sebagai bumbu masak, kini bisa di nikmati dalam bentuk jus. Honje yang digunakan untuk
membuat jus adalah jenis honje laka, dikarenakan kalau menggunakan honje biasa hasilnya kurang
bagus. Honje laka lebih merah warnanya (merah marun). Membuat jus honje sangat mudah, yakni
honje terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan dari bulu-bulu halusnya, Setelah itu ditumbuk atau
diblender untuk kemudian direbus dan diberi gula agar terasa manis.
Lokasi yang menjadi sentra pengolahan Honje berada di beberapa Kecamatan seperti
Parigi, Cijulang, Mangunjaya, sebagai daerah penggagas awal dari jus ini. Saat ini pengolahannya
tidak hanya di Kecamatan Mangunjaya saja, melainkan sudah menyebar ke daerah lain, seperti di
Dusun Bojongmalang, Desa Karangbenda. Pengolahan honje bahkan sudah ada yang mengemas
menjadi jus dilakukan Kelompok Tani Perempuan Naratas memang cukup menjajikan para
petani.
Melalui pelatihan keterampilan pengolahan buah honje menjadi jus, ternyata setelah
disosialisasikan atau dipasarkan secara kecil-kecilan melalui cerita dari mulut ke mulut dan
mengikuti pameran UKM, ternyata memberikan nilai ekonomis yang lumayan. Berkat potensi
ekonomi jus buah honje inilah dibentuk kelompok usaha bersama (KUB) peserta pelatihan terus
memproduksi untuk mulai dipasarkan secara lebih baik. Perjalanan KUB ini terus berkembang,
akhirnya muncul gagasan dari peserta kegiatan pendidikan keterampilan beserta pengurus PKBM
dan tokoh masyarakat, disepakati mendirikan koperasi serba usaha (KSU) yang diberi nama
PKBM, yaitu KSU Kuntum Mekar.
KSU Kuntum Mekar merupakan koperasi di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat,
memunyai produk Jus Honje. Produk ini mempunyai keunggulan karena berbasis potensi lokal.
Secara umum produk jus honje telah memenuhi semua standar hiegintas dan halal, bahkan
menyehatkan. Ijin dari Dinas Kesehatan atas produk higienis sudah didapatkan, sehingga produk
ini layak konsumsi secara umum.
1.2.PermasalahanMitra
Produk skala kecil Honjeku milik Ibu Hj. Ooh masih mempunyai tantangan pada
kuantitas, kontinuitas dan kualitas khususnya pada pengemasan. Tantangan lain adalah pemasaran
Sebagai Dosen, peneliti tidak hanya
melakukan pendidikan dan penelitian saja tapi
melakukan Tridharma yang ketiga yaitu Pengabdian
Kepada masyarakat/PKM. PKM yang peneliti
lakukan di Desa Mangunjaya, Kabupaten
Pangandaran mendapat dana bantuan dari Yayasan
Widyatama, juga P2M Universitas Widyatama,
selanjutnya peneliti melaksanakan PKM beserta TIM
PKM.
Desa Mangunjaya Kabupaten Pangandaran,
Jawa Barat merupakan Desa yang memiliki banyak
potensi strategis, serta memiliki banyak peluang usaha
untuk dioptimalkan. Khusus daerah pertanian di
Mangunjaya terdapat tanaman honje. Buah ini pada
awalnya tidak mempunyai nilai ekonomi. Adalah Bu
Hj. Oyoh seorang guru yang mempunyai kepedulian
pada masyarakat di Kecamatan Mangunjaya. Dia
mempunyai ide kreatif, buah honje dapat diolah
untuk menjadi jus maupun produk lain yang
bermanfaat. Namun dalam mengembangkan
usahanya terdapat beberapa masalah, diantaranya :
pemasaran jus honje yang masih sangat sederhana
bersifat tradisional dan hanya didistribusikan pada
Koperasi serba usaha (KSU) Kuntum Mekar, akses
perjalanan sangat sulit dijangkau, belum memiliki
catatan pengelolaan keuangan yang baik, serta bahan
44
komunita 24 | April 2019
Ilustrasi : @nandaniekam