resensi
Novel diawali, kisah Kashva
seorang pria Persia yang tinggal di Kuil
Gunung Sistan pada masa pemerintahan
Kaisar Khosrou di Persia. Ia menghabiskan
hari-harinya dengan mengamati bintang
dan menerjemahkannya, sekaligus
menulis kisah-kisah indah yang
memukau, sehingga ia dijuluki rakyat
Persia, sebagai Sang Pemindai Surga.
Foto : google.com
Judul
: Muhammad: Lelaki
Penggenggam Hujan
No. ISBN
: 978-602-291-050-3
Penulis
: Tasaro GK
Penerbit
: Bentang Pustaka
Tahun Terbit
: Edisi II Cetakan
Kesebelas, Agustus 2018
Jumlah Halaman : 640 Halaman
Jenis Cover
: Soft Cover
Dimensi (L x P)
: 130 x 250 mm
Kategori
: Spiritualitas
Bahasa
: Indonesia ·
Sudah lama sekali saya tidak
mengunjungi toko buku yang merupakan
kebiasan di waktu senggang. Toko
langganan saya Gramedia, BBC, juga
Togamas. Kebetulan hari itu saya
mengantar cucu membeli buku
kesenangannya ke Togamas. Sambil
membiarkan cucu memilih bukunya,
seperti biasa saya menyambangi counter-
counter buku yang menjadi minat saya.
Mata saya tertumbuk pada buku
cover warna hijau yang tertera judul
“Muhammad : Lelaki Penggenggam
Hujan”. Sebuah novel yang mengkisahkan
sosok Muhammad SAW sebagai nabi
terakhir yang sesungguhnya sudah
diberitakan dan dijanjikan sebelum
kelahiran beliau.
Adalah betul apa yang dikatakan
A. Fuadi, penulis Negeri 5 Menara bahwa
penulis novel ini – “Tasaro bagai memimpin
tur spiritual ke pelosok Persia, Asia dan Arab di
abad VII”. Novel menceritakan dua kisah.
Kehidupan Nabi Muhammad SAW, dan
seorang lelaki Persia bernama Kashva,
yang hidup di abad yang sama dengan
masa kenabian. Kisah Nabi Muhammad
SAW ini berseling dengan kisah Kashva.
40
komunita 24 | April 2019
Selain mengamati bintang dan menulis,
Kashva rajin berkorespondensi dengan
teman-temannya dari berbagi negara di
luar Persia. Teman koresponden
khususnya adalah Elyas, seorang penjaga
Biara Bashra di Suriah. Mereka
membicarakan seseorang yang
kehadirannya diramalkan oleh berbagai
keyakinan di dunia di abad tersebut.
Seseorang yang dikatakan akan
menaklukan dunia dan membawa
kedamaian bagi seluruh alam.
Hasrat Kashva sudah tak
terbendung lagi. Keinginannya untuk
memurnikan ajaran Zarduhst, bertemu
dengan Elyas, bertemu dengan
Muhammad SAW yang demikian besar
membawa dia pada petualangan panjang,
jauh dan di luar dugaannya. Bahkan maut
yang mengintai dari ujung pedang tentara
Khosrou tidak juga menyurutkan
kerinduannya bertemu Muhammad SAW.
Kisah pencarian Kashva dalam novel ini
membawa kita menelusur Jazirah Arab,
India, Barrus, hingga Tibet.
Kehidupan Kashva setelah itu
berubah menjadi pelarian dan pencarian
yang tiada henti terhadap sosok yang
dijanjikan. Seorang Pangeran Kedamaian
yang dijanjikan oleh semua kitab suci yang
dia cari dari setiap ungkapan ayat-ayat
Zardusht sampai puncak-puncak salju di
perbatasan India, Pegunungan Tibet, biara
di Suriah, Istana Heraklius, dan berakhir di
Yatsrib, sang Kota Cahaya.
Kisah Kashva berseling dengan
kisah Nabi Muhammad SAW. Membaca
kisah Nabi Muhammad SAW, memang
selalu membawa keharuan dan kerinduan
tersendiri. Dan Tasaro semakin menambah
rasa rindu semakin menjadi. Tasaro
memanggil Rasulullah bukan dengan
namanya, melainkan dengan julukan-
julukan yang memang pantas disandang
Rasulullah. Seperti, Duhai yang Hatinya
Bercahaya, wahai Lelaki yang Jitu
Perhitungannya, dan beberapa julukan
lainnya.
Tasaro, dengan caranya telah
menunjukkan kecintaannya kepada
Kekasih Allah, Muhammad SAW. Dan
dengan caranya pula, telah membawa saya
semakin mencintai Rasulullah. Lelaki
mulia yang patut diteladani segala tingkah
lakunya.
Rasulullah dengan kisahnya yang
mengharu biru telah sampai pada bab
perang parit yang sungguh mempesona,
mujizat-mujizat yang membuat
tercengang. Saat sebuah batu besar
menghalangi proses penggalian parit
sebagai benteng pertahanan Madinah dari
serbuan kaum kar. Batu besar itu
menghimpit orang Anshar. Orang-orang
sudah mencoba memecahkan batunya,
Namun hasilnya nihil. Rasulullah
akhirnya turun tangan, memecahkan batu
besar yang seketika retak disertai berkas
cahaya berpendar ke tiga arah, kastil-kastil
Yaman dan Suriah, serta istana-istana
Khosrou di Persia.
Kisah tentang Rasulullah SAW
adalah kisah tentang cinta, perjuangan,
pengorbanan dan semuanya. Terhimpun
dalam keihlasan demi menegakkan
kalimat Allah SWT. Juga tentang strategi
perang dan pedang dalam sebuah
perwujudan cinta. Rasulullah datang,
menjungkirbalikkan peradaban jahiliah,
menggantikan dengan peradaban Islam
yang gilang gemilang selama 1300 abad
pada dua pertiga belahan dunia.
Rasulullah dan kisahnya bagai cahaya
yang tidak akan pernah mati, dia akan
selalu bersinar seiring kecintaan kita
terhadap Rasullullah SAW dan ketaatan
kita terhadap Allah SWT.
Di bab terakhir novel membahas
tentang Runtuhnya Berhala.
Penggambaran latar kisah semakin hidup
dengan deskripsi yang detil lewat kata-
kata yang indah. Dan di bagian akhir
buku disajikan gambar peta jalur
perjalanan Kashva, dan bab tentang
Membaca, Memahami dan Mengoneksi,
daftar Pustaka, yang membuat novel ini
kaya akan referensi.
Secara keseluruhan novel ini
menarik dan enak untuk dibaca, meskipun
tebal. Bahkan, saya ingin mengikuti terus
kisahnya dan melanjutkan membaca
ketiga buku berikutnya dari Serial
Muhammad SAW, yakni : Lelaki Pengeja
Hujan, Sang Pewaris Hujan, dan Generasi
Penggema Hujan. (Lee – dilengkapi
berbagai Sumber)