rubrik utama
Memandang Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam peningkatan
angka partisipasi kasar masyarakat dalam melanjutkan ke jenjang
pendidikan tinggi di Indonesia mencakup 4 hal. Pertama, masih terdapat
kesenjangan mutu antar perguruan tinggi, antara PTN dan PTS, ataupun
kesenjangan PT di Jawa dan di luar Jawa, termasuk berkaitan dengan
ketersediaan SDM (tenaga dosen dan tenaga kependidikan lainnya),
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan tinggi terutama di daerah 3
T (Tertinggal, Termiskin, Terbelakang). Kedua, kendala psikologis
masyarakat dan generasi muda yang cenderung masih berorientasi pada
employee minded menjadi Aparat Sipil Negara (ASN) atau bekerja di sektor
swasta ketimbang sebagai entrepreneurship pioneer yang tampil sebagai
sosok mandiri, inovatif dan tangguh yang siap menghadapi tantangan
zaman. Kondisi ini menjadikan Perguruan Tinggi, terjebak pada suatu
paradigma layanan pendidikan yang bercirikan akademik jenjang S1, S2
atau S3 ketimbang membuka lebar lebar program vokasi yang bercirikan
kewirausahaan. Ketiga, secara internal kesiapan (readiness) perguruan tinggi
dalam menghadapi Revolusi Industri 4,0 masih beragam. Belum semua PT
siap menghadapi era disruptive curriculum yang menjadi penciri kultur
akademik PT di abad 21. Big Data masih menjadi fenomena baru yang
belum ditangkap secara optimal oleh masyarakat kampus sebagai peluang
untuk meningkatkan layanan akademiknya bagi masyarakat terutama
mahasiswa sebagai core customers - nya. Hal ini menjadikan APK PT tak
pernah naik secara signi can karena belum semua PT siap untuk
melaksanakan disruptive curriculum yang inovatif dan menantang sesuai
dengan tantangan zaman. Keempat, partisipasi sektor dunia industri dan
dunia usaha (DUDI) belum secara sinergis memberi keberpihakan pada
meningatnya APK PT. Hal ini antara lain terlihat secara kasat mata, tak
semua industri membuka lebar lebar untuk terjadinya kolaborasi antara
industri dengan PT. Kurikulum praktik kerja industri pun, belum mampu
mengembangkan lahirnya kompetensi yang mumpuni bagi para lulusan
PT karena keterbatasan pengalaman belajar dan praktek nyata pada setting
autentik di dunia kerja.
Karena itu Program kegiatan yang dapat dilakukan oleh institusi
pendidikan tinggi dalam menunjang peningkatan angka partisipasi
masyarakat dalam melanjutkan pendidikannya di Indonesia sebaiknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut. Pertama, ada upaya yang lebih
serius dari pengelola PT, untuk melakukan terobosan program dalam
meningkatkan mutu layanan akademik dan penjaminan mutu internal
dengan memenuhi 8 standar pendidikan tinggi, 8 standar penelitian, dan 8
standar pelayanan kepada masyarakat secara akuntabel, sistemik, dan
berkelanjutan. Kedua, pihak Kemenristekdikti dan Kementerian terkait
lainnya, bertindak sebagai Pembina PT yang bertanggunjawab dalam
mendorong dan membina semua PT untuk terus berkiprah sebagai
lembaga pendidikan tinggi pencerdas bangsa. Meningkatnya APK PT
bukan hanya meningkatnya angka APK secara statistik, tetapi lebih jauh
dari itu, lahirnya generasi muda yang memiliki kompetensi dan
kemampuan prima yang siap dipartisipasikan dalam pembangunan
bangsa, bukan sebaliknya lembaga yang secara langsung langsung atau tak
langsung memberi peluang lahirnya barisan pengangguran kerah putih
(white collar unemployement). Ketiga, kebijakan dual system PT lebih
ditingkatkan, terutama bagi PT yang melaksanakan pendidikan vokasi
dengan menambah porsi peningkatan pengalaman mahasiswa pada praktik
kerja di laboratorium atau pun praktek kerja di dunia industri. Bila hal ini
dilaksanakan, APK PT akan naik secara signi kan. Keempat, bangun dan
kembangkan pendidikan tinggi di daerah 3 T ataupun di daerah perbatasan.
Hal ini selain, untuk memberi kesempatan para lulusan SMA/SMK yang
tinggal di daerah 3 T dan daerah perbatasan, untuk dapat melanjutkan di
PT ternama, juga hadirnya PT di perbatasan bisa memberi efek ganda,
gerbang terdepan dalam merekatkan NKRI.
24
komunita 24 | April 2019
Dalam kaitan hal di atas pemerintah (Kemenristekdikti) perlu
memberikan stimulus dan program andalan guna tercapainya peningkatan
angka partisipasi kasar perguruan tinggi di Indonesia, yakni : Pertama,
Kemenristekdikti lebih bersifat sebagai regulator yang juga berperan
membina semua PT di Indonesia. Pembinaan dilakukan kepada semua PT,
dan terapkan merit system dan reward dan punishment secara konsisten dan
tanpa pandang bulu. Kedua, pemerintah seyogyanya memberi penghargaan
(reward) yang memadai pada industri atau dunia Usaha (DUDI) yang telah
sungguh mau bermitra dengan PT untuk memajukan kualitas perguruang
tinggi. Penghargaan tersebut bisa beragam, mulai dari diberi konsesi
kemudahan usaha, perluasan usaha, perizinan, sampai pada pembebasan
atau pengurangan pajak (Tax Holiday). Hal ini berarti pembangunan dan
pembinaan PT tak hanya tanggungjawab Kemenristekdikti saja, tetapi
juga semua Kementrian terkait, termasuk Kementrian Keuangan dalam
memberikan tax holiday. (By : Keni Kaniawati, 08 Maret 2019)
PerguruanTinggi harusmelahirkan
Insan-InsanTerampil
S
ementara itu
Prof. Dr. Endang
Caturwati,
S.ST.M.S. Praktisi
pendidikan dan Guru
Besar Seni Pertunjukan
Indonesia - Institut
Seni Budaya Indonesia
(ISBI)Bandung
berpendapat bahwa
A P K Pe n d i d i k a n
Tinggi memberikan
dampak bagi kualitas
dankuantitas
partisipan tingkat
pendidikan tinggi oleh masyarakat usia
aktif (antara 19 – 23 tahun), memang
sangat diperlukan. Di usia aktif tersebut
dibutuhkan SDM kreatif yang mampu
menghasilkan produk-produk
unggulan produktif hasil karya industri.
Industrialisasi pada masa kini menuntut
masyarakat memiliki keterampilan
dalam pekerjaan.Oleh
karenanya Perguruan
Tinggi, baik negeri
maupun swasta harus
melaksanakan layanan
pendidikan, selain
berbasis akademik,
Ilustrasi : @nandaniekam
harus lebih banyak
membuka layanan
pendidikan yang
melahirkan manusia-manusia yang terampil dalam bidang pekerjaan yang
akan digelutinya di bidang industri. Pandangan mengenai jalur vokasi yang
melahirkan SDM dengan jalur ketrampilan atau terapan masih dipandang
kurang berkelas, dibandingkan dengan jalur akademi harus dirubah, karena
pada kenyataannya karya nyata industri adalah bagian implementasi dari
konsep akademis. Karena itu harus ada sinerji yang nyata dari kedua jalur di
atas.