MAJALAH DIMENSI | Page 71

/ SASTRA /
Oleh: Anak Agung Maya Septanti
Dahulu hijau semerbak aroma dedaunan
Dahulu rimbun pohon merasuk dalam bayangan Dahulu semua begitu indah Dahulu semua begitu nyata
Kini semua hijau telah tersisih Kini semua pohon telah merintih
Kini tinggal puing-puing yang menyerpih Akankah semua itu terganti?
Akankah semua kembali? Tanya tinggal lah tanya, asa tinggal lah asa
Kitalah yang memulai Maka kita yang bergerak mengembalikan hijaunya tanah
Pohon kini enggan tumbuh Karena hutan ini telah gersang
Hujan yang mengguyur hanya lewat
Tak ada setetes resapan air pun yang tersisa Kita tengok asal muasal hutan itu Ketamakan menjadi biang keladi
Dibabatkah pohon untuk diambil kayu, sisanya kau jadikan abu Jika pohon dapat merasa, pastilah mereka bosan
Menyebabkan terputusnya perjanjian agung simbiosis mutualisme
Manusia lah yang memulainya, pohon meneriakinya Kemudian pohon enggan tumbuh Barulah manusia merayu si kayu
Menempatkannya di setiap penjuru hutan Menunggunya dengan telaten, berharap pohon akan berubah pikiran
Namun kenyataannya, si pohon masih enggan tumbuh
edisi 48 | majalah dimensi

71