MAJALAH DIMENSI | Page 62

\ BACKPACKER \

CATATAN PERJALANAN:

Semeru

62

KAMI memulai perjalanan pada Rabu malam tanggal 22 Agustus, atau H + 3 Lebaran pukul 20.00. Sebelumnya dari Banyumanik kami menuju Terminal Bis Terboyo dengan bis kota, ongkosnya tiga ribu rupiah. Sesampainya di pertigaan Terboyo, langsung saja kami disambut oleh kernet-kernet bis yang menawarkan bis jurusan Surabaya. Kami menaiki salah satunya, yaitu bis Sinar Mandiri. Setelah menunggu bis terisi penuh, kira-kira satu setengah jam, akhirnya sopir menginjak pedal gasnya. Tarif Semarang- Surabaya yang berlaku saat itu adalah tarif lebaran, yaitu 48 ribu rupiah. Biasanya untuk bis ekonomi jurusan Semarang- Surabaya hanya sekitar 40 ribu.

Sesampainya di Terminal Bungurasih pukul 02.15, kami mendapat kesempatan beristirahat di terminal hingga pukul 3.00 pagi untuk mendapatkan bis selanjutnya ke arah Kota Malang. Bis yang kami tumpangi kali ini bernama ZENA, dipatok 12 ribu rupiah untuk menuju Terminal Arjosari, Malang( Harga tersebut juga merupakan harga lebaran).
majalah dimensi | edisi 48
Tiba di Terminal Arjosari sekitar pukul 4.45 WIB, kami bersih diri dan sholat subuh sebelum melanjutkan ke tujuan berikutnya, yaitu Pasar Tumpang. Setelah bertanya kesana kemari, kami tahu bahwa angkutan umum yang harus kami pilih untuk menuju kesana adalah angkutan umum berwarna putih. Tak sulit menemukannya. Angkutan tersebut biasa menunggu di bagian belakang terminal. Kami pun menaiki salah satunya setelah memastikan angkutan tersebut menuju ke Pasar Tumpang.
Perjalanan dari Terminal Arjosari menuju Pasar Tumpang memakan waktu kurang lebih satu jam. Hawa dingin Malang mengiringi perjalanan kami. Beberapa ibu yang hendak menuju pasar turut dalam angkutan yang kami naiki. Setelah sampai dan membayar 6 ribu rupiah per orang, kami turun. Saat itu pukul 7 pagi, berarti kami tiba sesuai target. Kami menargetkan tiba di Pasar Tumpang kurang lebih pukul 7 agar dapat menumpang truk sayur yang akan naik ke Ranu Pane. Dengan menumpang truk sayur yang akan menuju keatas kami
Oleh: Bela Jannahti
akan mendapatkan tarif yang lebih murah dibanding naik jip. Namun setelah mencari kesana kemari dan bertanya, ternyata tak ditemukan truk sayur yang hendak menuju keatas.
Menuruti rekomendasi dari orang-orang pasar, kami menuju rumah Pak Ruseno. Beliau adalah pemilik truk yang biasa mengantar para pendaki ke Ranu Pane. Kami disambut hangat oleh Pak Ruseno. Beliau berkata telah ada dua pendaki dari Surabaya yang juga akan naik bersama kami, dan ia masih menunggu rombongan lain dari Surabaya yang juga akan naik. Sembari menunggu, kami memutuskan untuk mencari sarapan serta berbelanja melengkapi logistik. Soto seharga 6 ribu di belakang pasar menghilangkan rasa lapar kami. Setelah sarapan, kami berbelanja, antara lain membeli teh, telur, ketupat, dan gula.
Usai berbelanja kami kembali ke rumah Pak Ruseno dan ditanyai apakah kami telah memiliki materai 6 ribu. Untuk apa materai? Pikir Kami. Ternyata, persyaratan