segera mengeluarkan kamera untuk mengabadikan momen tersebut.
Paginya, setelah melihat golden sunrise di Puncak Sikunir, kami mencari sarapan sembari menunggu acara inti dari serangkaian acara Dieng Culture Festival. Setelah itu kami segera menuju ke rumah pemangku adat. Disana akan dilaksanakan upacara sebelum anak-anak rambut gimbal diarak mengelilingi kampung.
Beberapa anak berambut gimbal duduk di delman, nampak riang. Tak jauh dari delman itu, terlihat beberapa mainan anak-anak dan seekor kambing. Barang-barang itu adalah permintaan dari si anak. Sesuai tradisi, sebelum diruwat atau dipotong, apapun yang menjadi permintaan si anak harus dituruti.
Hari itu ada empat anak rambut gimbal yang akan diruwat. Nadia Retnowati asal Sidareja, Kecamatan Batur; Intan asal Beji, Kecamatan Pejawaran; Nur asal Bitingan Kepakisan, Kecamatan Batur; dan Farhan Aska Taslimi asal Karangtengah, Kecamatan Batur.
Nadia Retnowati asal Sidareja, Kecamatan Batur, meminta uang jajan kepada orangtuanya sebagai syarat. Lain dengan Intan asal Beji, Kecamatan Pejawaran, yang meminta disediakan bakso. Nur asal Bitingan Kepakisan, Kecamatan Batur, meminta sepasang giwang atau anting emas. Sedangkan yang terakhir, Farhan Aska Taslimi asal Karangtengah, Kecamatan Batur, meminta seekor kambing. Seluruh permintaan mereka tersebut ditanggung oleh panitia DCF 2012.
Setelah selesai didoakan oleh sang pemangku adat, keempat anak itu diarak keliling desa. Dalam kirab tersebut terdapat pula Singo Barong Sari Kencono dari Dieng Kulon, Tari Tradisional Rampak Yakso Pringgodani dan pertunjukan seni tradisional lainnya.
Rombongan kirab dipimpin oleh pembawa sesaji dan tokoh masyarakat setempat. Tujuan pertama adalah Sendang Sedayu. Dua kembar kain putih panjang telah terhampar mulai dari pelataran sendang hingga tempat jamasan atau pemandian anak-anak rambut gimbal.
Jamasan berlangsung dengan diiringi beberapa tembang Jawa yang berisi doa-doa agar si bocah memiliki masa depan yang cerah dan tak melupakan orangtuanya. Sebagian dari tembang yang dinyanyikan merupakan tembang bikinan si penembang sendiri.
Setelah jamasan, prosesi selanjutnya adalah pemotongan rambut di dalam Candi Arjuna. Pemotongan dilakukan pleh tetua atau tokoh masyarakat didampingi pemangku adat.
Belum selesai, setelah pemotongan masih ada prosesi ngalap berkah dan pelarungan. Konon, anak rambut gimbal adalah titipan dari sang penguasa laut selatan. Maka dari itu potongan rambut gimbal harus dilarung atau dialirkan ke sungai yang bermuara di Laut Selatan. Selain itu, pelarungan tersebut memiliki filosofi membuang segala kesialan.
Sayang sekali, karena hari sudah beranjak sore. Kami memutuskan untuk pulang sebelum serangkaian acara ditutup karena besok pagi harus kuliah. Pengalaman yang tak akan kami lupakan, berkesempatan melihat secara dekat salah satu tradisi asli Indonesia yang hingga kini masih dilestarikan.
edisi 48 | majalah dimensi
57