\ TRADISI \
Ruwat Rambut Gimbal, Tradisi Asli Indonesia
Oleh: Ahmad Gozali | Foto: Ido Ridwan Fidyanto
56
WAKTU menunjukkan pukul 4 sore ketika kami bersiap berangkat menuju Dieng. Saya belum pernah pergi ke Dieng sebelumnya. Begitu pula Ido, rekan perjalanan saya. Tak disangka perjalanannya akan sejauh itu. Normalnya, dari Semarang menuju Dieng membutuhkan sekitar 4 jam perjalanan.
Pukul 9 malam kami tiba di loket wisata Dieng. Untuk masuk, kami diharuskan membayar 5 ribu rupiah. Hawa dingin tanpa permisi menusuk-nusuk. Dieng merupakan daerah dataran tinggi, kurang lebih 2000 meter diatas permukaan laut. Terkenal dengan suhu dan cuacanya yang mirip di Eropa, hingga tak jarang ditemui kristal es pada dedaunan saat pagi hari.
Mengapa kami rela menempuh perjalanan jauh nan dingin
majalah dimensi | edisi 48 untuk tiba di Dieng pada malam itu? Bukan hanya untuk berwisata dan menikmati keindahan alamnya. Berdasarkan informasi yang kami dapat, esok harinya, atau 1 Juli 2012, akan dilaksanakan tradisi khas Dieng yang amat terkenal, yaitu prosesi pemotongan rambut gimbal. Prosesi tersebut dirangkai dengan berbagai pagelaran budaya lainnya dalam acara bertajuk“ Dieng Culture Festival 2012”.
2012 ini merupakan tahun ketiga dimana Dieng Culture Festival – sering disingkat DCF – digelar. DCF sendiri merupakan agenda tahunan yang mengangkat berbagai tradisi seni dan budaya masyarakat Dieng. Alif Faozi, ketua panitia acara ini, merupakan ketua Kluster Pariwisata Dieng dan juga ketua Kelompok Sadar Wisata( Pokdarwis)“ Dieng Pandawa”. Ia mengatakan bahwa acara ini merupakan hasil kerjasama
dari berbagai pihak. Masyarakat sekitar, pemerintah, Pokdarwis Dieng Pandawa, serta berbagai pihak sponsor.
“ Dieng Culture Festival bukan hanya semata tentang tradisi Dieng, tapi juga tentang cinta alam yang berada di sekitar Dieng agar tidak menjadi gundul”, kata Alif.
Wawancara kami dengan Alif berlangsung cukup lama di Pendopo Pelataran Dieng, namun harus kami sudahi karena akan dimulai acara selanjutnya, yakni pesta kembang api. Acara sebelumnya yang kami lewatkan adalah pagelaran wayang yang mengisahkan tentang masyarakat Dieng.
Pesta kembang api yang dimaksudkan sebagai penutup rangkaian acara hari itu berlangsung amat meriah. Bupati Banjaranegara turut hadir. Tak ingin melewatkan begitu saja, kami