MAJALAH DIMENSI | Page 12

Perempuan mendominasi dunia entertain. Laki-laki mengagumi keindahan perempuan, selain itu karena busana yang diperankan perempuan juga lebih beragam, oleh karena itu model banyak yang perempuan,” ujar Totok
annya dengan citra perempuan. Misal iklan mobil, tau-tau ada perempuan berbikini di atasnya, atau dibalik setir. Konten ini tidak lepas dari mitos mobil atau dunia otomotif sebagai dunia maskulin, karena itu perlu disisipkan perempuan dalam iklan.
Atau saya lihat iklan-iklan di internet, menjual perempuan yang bisa diajak chat kapan saja. Coba liat di youtube sekarang juga ada iklan-iklan itu di kolom sebelah kanan. Juga di facebook, sosial media, dan lain-lain.
3. Menurut Anda, mengapa lebih banyak produser iklan memilih perempuan sebagai modelnya? Atau perusahaan perusahaan memilih perempuan sebagai salesnya?
Karena industri masih memiliki mindset bahwa
MARKET akan senang kalau dihadirkan perempuan cantik. Padahal MARKET justru dibentuk oleh industri yang menggunakan ideologi patriarkhi. Persepsi menjejalkan perempuan sebagai sales rokok berharap supaya pasar laki-laki akan tergoda untuk membeli rokok karena senang melihat yang jualan perempuan cantik.
Saya juga perhatikan jasa SPA, therapyst( massage), bahkan karaoke sekarang menyediakan perempuanperempuan seperti model untuk menemani tamu pria( kebanyakan bapak-bapak kaya) untuk mendampingi mereka karaoke. Sangat tidak manusiawi, tapi inilah yang laku!
4. Apakah iklan-iklan tersebut( dan juga berbagai bentuk promosi yang mengandalkan perempuan) berpengaruh terhadap semakin maraknya kasus pelecehan seksual terhadap perempuan?
Sebetulnya mereka bukan“ mengandalkan”, tapi“ menjadikan perempuan sebagai obyek untuk kepentingan penjualan produknya”. Kalau mereka mengandalkan, tentunya yang dilihat adalah skill, bukan body dan penampilan saja. Dengan sedirinya mereka sudah melecehkan perempuan, dan mereka tidak dilindungi dari perbuatan pelecehan seksual yang sering dilakukan oleh pembeli, karena pembeli merasa, perempuan yang dimunculkan adalah

“ memang UNTUK mereka.

Dampak Patrilineal

Perempuan mendominasi dunia entertain. Laki-laki mengagumi keindahan perempuan, selain itu karena busana yang diperankan perempuan juga lebih beragam, oleh karena itu model banyak yang perempuan,” ujar Totok

Rini Iswari, seorang dosen Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Universitas Negeri Semarang menuturkan dalam masyarakat patrilineal seperti di Indonesia, keputusan ada pada laki-laki. Perempuan memang banyak dipakai dalam industri-industri seperti itu khususnya modeling.
Pendapat senada juga dilontarkan oleh Totok Shahak, pemilik Totok Shahak Modelling School. Dari 40 anggotanya yang aktif, 95 % nya adalah perempuan.
“ Perempuan mendominasi dunia entertain. Laki-laki mengagumi keindahan perempuan, selain itu karena busana yang diperankan perempuan juga lebih beragam, oleh karena itu model banyak yang perempuan,” ujar Totok.
Nisa, manager operasional Sivex Modelling School mengakui bahwa dalam dunia periklanan dan modelling terdapat komersialisasi perempuan, namun komersil ke arah positif. Amalina Hanika yang sudah menjadi model sejak 1999 dan pernah menjuarai model catwalk tingkat nasional pada 2009 mengiyakan.
“ Saya merasa dikomersilkan, namun saya tidak merasa dirugikan. Jadi, menguntungkan dari pihak saya sendiri dan juga pihak yang memakai saya sebagai model”, ungkapnya.
Totok Shahak menambahkan, untuk menghindari komersialisasi yang tak diinginkan, seorang model sebaiknya melakukan fitting pakaian sebelum show atau kegiatan promosi diselenggarakan.“ Jauh-jauh hari sebelum show berlangsung, sebaiknya model menanyakan serta mencoba kostum yang akan dipakai saat show, agar model merasa nyaman dengan kostum yang dikenakan dan tidak merasa dirugikan”.

12 majalah dimensi | edisi 48