MAJALAH DIMENSI | Page 72

perutnya, Mi hampir sama sekali tak melakukan apapun mengenai kehamilannya. Ketika Mi mengeja nama kekasihnya itu di depan keluarganya; kemudian ayahnya menyeretnya ke rumah lelaki itu; kemudian terjadi saling caci, saling maki, kekasihnya masih bersikukuh dengan keengganannya bertanggung jawab dan semua itu didukung penuh keluarganya; maka yang dirasakannya hanyalah rasa malu. Jauh lebih malu daripada saat pertama kali dia membuka baju untuk lelaki busuk itu. Jauh lebih malu daripada ketika dia berkata yang sebenarnya pada orang tuanya. Mereka pulang dengan tangan hampa, sementara semua telinga telah mendengar, semua mata telah melihat mereka. Solusi-solusi lain berdatangan, namun ibunya, dengan ketegasan yang tak pernah ditunjukkan sebelumnya, berkata, “aku tak ingin anakku menjadi pendosa lagi. Tak ada lagi kesakitan. Anak itu harus dipertahankan.” Suaminya bahkan tak bisa menolak hal itu. Dia lebih memusatkan perhatian untuk menjebloskan lelaki yang telah merenggut anak perawannya ke dalam penjara. Dia tak memikirkan hal lain. Tidak Mi. Tidak istrinya. Tidak calon cucunya. Bahkan tidak kesehatannya. Barangkali karena siksaan itu, penyakit menggerogotinya. Ketika usia kandungan Mi menginjak 8 bulan dia meninggal. Lelaki itu terjatuh dari tangga pengadilan ketika mendatangi persidangan yang memvonis kekasih anaknya tiga tahun penjara. Kepalanya bocor. Dia juga terkena serangan jantung mendadak. Mi sendiri, sejalan dengan semakin besarnya perutnya, kegilaannya semakin kentara. Tak terhitung lagi teriakannya yang membelah keheningan malam. Ibunya harus selalu memasang mata padanya, khawatir jika sewaktu-waktu Mi memukul-mukul perutnya seolah perut buncit itu adalah sebuah beban yang menempel dan harus dihilangkan. Dia menyingkirkan benda-benda tajam, dan membatasi penggunaan benda-benda terbuat dari beling. Namun semua itu, semua ketidakwarasan dan kegilaan itu, seperti mendapat jedanya ketika Mi menjalani persalinan. Dia tak henti memanggil ibunya. Memegang tangannya dan memintanya agar tetap di sisinya. Dia juga bisa memahami perintah-perintah dokter. Menghirup nafas panjang. Mengejan. Mengembus nafas. Mengejan lagi. Berdoa. Hingga akhirnya bayi itu lahir. Ibunya tak akan pernah lupa hari ketika bayi itu diperlihatkan oleh dokter kepada anak perempuannya. Seorang bayi perempuan yang merah dan cantik. Dan meskipun Mi hanya sebentar memegang bayi itu, dan bahkan sama sekali tak bisa menyusuinya, namun dia tetap bangga dan senang. Bayi itu menangis sesaat, sebelum akhirnya menenggelamkan diri dalam kesunyian. Perempuan itu tahu, dia tak akan pernah bisa menjawab pertanyaan yang membuatnya bergetar itu dengan jujur. Tidak sekarang. Masih panjang waktu yang harus dia pastikan terlebih dahulu, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengatakan bahwa anak itu tak pernah ada di dunia kecuali untuk beberapa saat saja. Dia menangis untuk mati. Untuk sebuah kisah kesedihan klasik yang lain. “Hampir Magrib, Nak. Ayo masuk dulu!” kata ibunya. Dia memilih menghindar, untuk waktu yang tak terbatas. Sungguh, begitu banyak kesedihan yang riskan untuk diceritakan sekarang. Mi mengangguk, namun tak pernah lupa dengan kenangan tentang anak yang pernah dimilikinya. Barangkali saat-saat ketika bayi itu merosot dari selangkangannya adalah pengekang kegilaan yang menggerogoti ingatannya dalam 8 tahun terakhir. “Anakmu masih mengaji di langgar, bakda Isya’ mungkin baru pulang,” ibunya memutuskan untuk berbohong lebih jauh. Dia tahu akan ada bakda-bakda salat yang lain menghiasi setiap perkataannya mulai hari ini. Mi mengangguk. Namun dia membiarkan matanya menikmati saat-saat terakhir senja pertama yang dia saksikan lagi sejak 8 tahun itu dengan berkaca-kaca. Hatinya merasa hening. Ingatan tentang anaknya mulai redup, meski masih terjaga. Barangkali senja memang hanyalah masalah kesunyian. Ia membius perasaan. Mi membiarkan ibunya menuntunnya masuk. “Nanti katakan siapa namanya ya, Bu!” Ibu ????????????????????????????????????????????????????????????5?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????mt()??????????????????????????????????????????????????????????????((??()????????????????????????((0