MAJALAH DIMENSI | Page 61

2 3 1 kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Teluk Penyu. Untuk menuju ke pantai, kami harus menggunakan angkutan umum yang berwarna hijau jurusan terminal-Pasar Gede dengan tarif 2500 rupiah per orang. Di perjalanan terlihat persawahan yang luas yang mampu memanjakan mata dengan kehijauannya. Tiupan angin laut yang kencang, mulai kami rasakan pertanda kami akan segera sampai di pantai. Yah benar saja tidak kurang dari 20 menit kami telah sampai di pintu masuk Pantai Teluk Penyu. Untuk memasuki pantai dikenai retribusi 4000 rupiah per orang. Mengenai Pantai Teluk Penyu, konon nama pantai ini berasal dari teluk yang banyak penyunya. Dahulu air di pantai ini cukup dingin dan sangat cocok dengan habitat penyu. Semakin lama alam semakin berubah dan penyu-penyu itu lantas pergi bermigrasi entah kemana. Karena hari sudah sore kami harus cepat-cepat menyeberang ke Pulau Nusakambangan. Pulau ini terlihat jelas dari Pantai Teluk Penyu, indah memanjang. Untuk menyeberangi pantai kami menggunakan perahu nelayan yang memang dikhususkan untuk penyeberangan pariwisata. Kami pun mulai bernegosiasi dengan nelayan yang perahunya akan kami tumpangi, lalu mencapai kesepakatan harga 20 ribu rupiah per orang. Saat menyeberangi pantai, mata kami terus dimanjakan dengan pemandangan di sekitar pantai. Laut yang biru, ombak yang sedang, langit yang cerah serta terlihat beberapa pemancing yang tengah asik menunggu kailnya disambar ikan. Tak kurang dari 10 menit kami telah sampai di pintu masuk Pulau Nusakambangan. Tukang perahu menjelaskan bahwa jika ingin bermalam di Nusakambangan kami harus izin pada tetua desa. Setelah mendapat izin lagi-lagi kami harus membayar retribusi terlebih da- 4 hulu untuk uang masuk sebesar 4000 rupiah per orang dan uang keamanan seikhlasnya. Perjalanan dari pantai menuju tempat kami bermalam berjarak kira-kira 2 km. Dengan ransel yang tergendong kami harus naik turun mengikuti medan. Walaupun medan yang kami tempuh sangat menjengkelkan, kami tetap tidak menyerah untuk sebuah panorama indah pantai pasir putih. Sembari menyusuri Pulau Nusakambangan kami mendengar suara burung berkicauan dan sesekali terdengar suara monyet. Hutan yang kami lewati tidak liar. Berbeda dengan hutan dekat lapas yang sangat mengerikan dan banyak hewan buas di dalamnya. Beberapa kali kami berhenti sejenak untuk melepas lelah. Sisa-sisa Belanda Berdasarkan catatan seorang Belanda, benteng yang ada di Pulau Nusakambangan, edisi 49 | majalah dimensi 61