MAJALAH DIMENSI | Page 22

“Sak niki iku wong jowo sampun ilang jawane,” Keterangan Gambar : Kiri - Memilah Wayang Kulit saat Pentas Kanan - Aksi Sindhu saat Mendalang di Mranggen, Demak Saat ditanya soal pengalaman yang paling mengesankan, Sindhu menyatakan bahwa dirinya pernah mewakili Jawa Tengah dalam ajang “Festival Dalang Bocah se-Nusantara” di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Sebagai seorang dalang muda Sindhu juga mempunyai dalang idola sebagai sumber inspirasinya dalam mengarungi dunia pewayangan. Adalah almarhum Ki Darman Bondo Darsono dan Ki Mulyanto Mangku Darsono dari Kedungbanteng Sragen yang menjadi idolanya. Sindhu mempunyai seperangkat alat pewayangan di rumah yang biasa digunakan untuk mengasah kemampuan mendalangnya, namun seringkali Sindu juga berlatih di sanggar dengan fasilitas yang lebih lengkap. Dalam belajar mendalang Sindhu dibantu oleh dua orang guru yaitu Ki Aji Tondo Utomo dan Ki Ageng Budi Santoso yang tidak lain adalah putra dari Ki Mulyanto Mangku Darsono, dalang idolanya. Sudah menjadi kegiatan wajib saat liburan Sindhu menyempatkan waktu untuk berkunjung ke tempat gurunya itu untuk belajar mendalang. Sebuah dukungan pun muncul, pihak pemerintah saat ini sedang mengusahakan pengadaan satu set alat gamelan. Gagasan itu muncul langsung dari Sindhu dan guru sekolahnya. Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan izin kepada Sindhu untuk memanjangkan rambutnya yang notabenenya seorang siswa tidak boleh memiliki rambut yang panjang selama masih duduk di bangku sekolah negeri. “Lha wong rambut saya panjang juga kan melalui restu dari pemerintah mas,” tuturnya. Namun di lain sisi ia pun merasa tidak enak terhadap temantemannya karena merasa terlalu dibedakan. Selain wayang, Sindhu juga berusaha melestarikan Bahasa Jawa yang sudah mulai luntur dalam komunikasi pergaulan sehari-hari. “Sak niki iku wong jowo sampun ilang jawane,“ keluhnya. Sekarang itu orang Jawa sudah kehilangan Jawanya. Sindh