MAJALAH DIMENSI | Page 15

\ OPINI \ Foto : Dian A di Pratama M ASYARAKAT Jawa identik dengan bahasa Jawa. Memang sebagian besar orang Jawa yang berada di wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur berbudaya Jawa yang dimanifestasikan dalam pemakaian bahasa Jawa. Bahasa Jawa telah memiliki tradisi yang panjang sehingga telah menyatu dengan kehidupan masyarakatnya. Bahkan, terdapat peninggalan dokumen tertulis berbahasa Jawa yang melimpah, entah yang tersimpan di dalam negeri maupun di luar negeri. Pembelajaran bahasa Jawa di sekolah selama ini sudah menyatu dengan dunia pendidikan di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Namun, seiring dengan dinamika zaman dan arah utama pembangunan berwawasan keindonesiaan yang ber-bhineka tunggal ika, pembelajaran bahasa Jawa cenderung semakin merosot dari waktu ke waktu. Dahulu pelajaran bahasa Jawa sejajar dengan pelajaran berhitung, ilmu sosial, bahasa Indonesia, kesenian, dan sebagainya. Kemudian, sejalan dengan orientasi pendidikan, bahasa daerah—termasuk bahasa Jawa—menjadi mata pelajaran muatan lokal wajib di ketiga wilayah tersebut. Gradasi dalam porsi pembelajaran bahasa lokal itu menyebabkan kemerosotan kemampuan siswa atau masyarakat berbahasa Jawa, terlebih lagi kemampuan membaca dan menulis huruf Jawa. Lagi-lagi, ancaman atas kemerosotan bahasa Jawa tidak semakin ringan. Justru, tantangan masa kini semakin berat. Banyak pihak menuding kehadiran Kurikulum 2013 ini memarginalkan pembelajaran bahasa lokal atau edisi 49 || majalah dimensi edisi 49 majalah dimensi 15