MAJALAH DIMENSI | Page 12

Dampak Globalisasi? Bahasa lokal, atau lazim juga disebut bahasa daerah, merupakan bahasa asli yang dituturkan oleh sekelompok masyarakat yang memiliki kedekatan secara geografis atau antropologis. Biasanya dalam suatu wilayah, masyarakatnya menggunakan bahasa yang sama, yang mereka dapatkan secara turun temurun. Pardi Suratno, kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, mengiyakan bahwa bahasa daerah sedang menuju kepunahan. “Saya tidak bisa memastikan, hanya memprediksi saja. Bahasa daerah, mungkin akan hilang dalam tiga generasi mendatang. Satu generasi rata-rata adalah 70 tahun,” kata Pardi ketika diwawancarai di ruang kerjanya di Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah di Mangunharjo, Tembalang, Kota Semarang. Menurutnya terdapat empat faktor penting yang menyebabkan bahasa lokal semakin tergerus. Pertama adalah kehidupan yang lebih meluas, dengan kata lain globalisasi. Dengan kehidupan yang lebih meluas, manusia membutuhkan alat komunikasi yang dapat menjembatani pemikiran atau pergaulan masyarakat antar budaya. Faktor lain yang juga masih berhubungan dengan globalisasi adalah semakin maraknya perkawinan campuran antara dua etnis dengan latar kebudayaan dan bahasa yang berbeda. Semisal perkawinan antara orang Jawa dengan Sunda. Anak hasil dari perkawinan ini akan cenderung diajarkan Bahasa Indonesia, yaitu bahasa yang dapat menjembatani antara Jawa dengan Sunda. Akibatnya, bahasa daerah dari kedua pihak orangtua akan jarang digunakan. Selanjutnya, ada faktor pembinaan atau pengajaran. Menilik faktor-faktor sebelumnya, pendidikan, terutama pendidikan formal, menjadi kunci penting pelestarian bahasa daerah. “Kalau tidak diajarkan di sekolah, cepat atau lambat bahasa lokal akan tersisih,” tambah Pardi. Faktor selanjutnya adalah faktor fungsional. Faktor fungsional dapat diartikan sebagai penyebab yang muncul akibat adanya kebutuhan. fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Namun, selain sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki fungsi lain yang mungkin tidak kita sadari. Menurut Pardi, bahasa memiliki empat fungsi utama. Yang pertama adalah sebagai media atau alat komunikasi. Tanpa bahasa, seseorang akan kesulitan dalam berkomunikasi. Fungsi inilah yang paling dipahami oleh masyarakat. Fungsi kedua adalah bahasa sebagai lambang identitas. Bahasa menjadi salah satu ciri khas dari masyarakat penuturnya. Sebagai contoh, bahasa Jawa melambangkan identitas masyarakat Jawa, dan bahasa Indonesia melambangkan identitas bangsa Indonesia. Dengan bahasa yang sama, suatu masyarakat dapat dikatakan memiliki suatu lambang identitas. Dari sini dapat dikatakan pula bahwa bahasa merupakan alat pemersatu dari pemakai bahasa tersebut. Bangsa Indonesia disatukan oleh kesamaan berbahasa Indonesia. Fungsi ketiga yaitu bahasa sebagai wadah kebudayaan. Bahasa, selain mewakili identitas suatu masyarakat, juga menjadi wadah kebudayaan masyarakat tersebut. Bahasa berkaitan erat dengan kebudayaan dan keduanya saling mempengaruhi. Sebagai contoh, bila bahasa Jawa mundur, kebudayaan Jawa akan ikut mundur. Itu sebab mengapa isu bahasa menjadi sangat penting bagi beberapa kalangan, terutama kalangan pemerhati bahasa dan kebudayaan. Dengan fungsinya sebagai lambang identitas dan wadah kebudayaan, memudarnya bahasa daerah akan berdampak pada kelestarian budaya dan kearifan lokal, dan nantinya akan berakhir dengan krisis identitas. “Bangsa yang tercerabut dari akar kebudayaannya akan menjadi bangsa yang krisis identitas. Dan bangsa yang mengalami krisis identitas akan menjadi bangsa yang lemah menghadapi tantangan zaman,” ujar Pardi. Di penghujung wawancara, lulusan Magister Ilmu Humaniora di Fakultas Ilmu Budaya UGM ini menambahkan, “sangat memprihatinkan juga mengingat bahwa seringkali kitalah yang merusak bahasa itu sendiri.” [] Cikal Bak [?\?\?Y[?]\?[?XZ?XH[?Z?]YHX[??\??]?H[???[??[?[?Z?Y[???[?Z?[??Z\?H]]H??]Z[?Y\?\Z?[????[?\?\[?\?H?[Z?]B??L???XZ?[Z[Y[??HY\?H B??