MAJALAH DIMENSI | Page 10

\ LAPORAN UTAMA \ M ANUSIA kini tak bisa dilepaskan dari bahasa. Setiap hari, jutaan orang di dunia menggunakan jutaan macam bahasa. Ibarat makanan atau minuman yang kita konsumsi setiap hari, bahasa adalah kebutuhan pokok. Meski begitu, tidak semua orang menyadari pentingnya bahasa. Setiap orang berbahasa, namun tidak semua mengerti benar apa itu bahasa. Bagi sebagian besar orang, bahasa tak lebih dari sekadar alat. Karena itu, semakin tergerusnya bahasa, terutama bahasa lokal atau bahasa ibu, dianggap sebagai suatu kewajaran. Bahasa memang dapat diartikan sebagai alat komunikasi, atau jembatan interaksi antar manusia. Manusia harus berbahasa untuk dapat berinteraksi dengan sesamanya. Sebagai makhluk sosial, interaksi adalah perwujudan dari eksistensi manusia. Maka digunakanlah bahasa sebagai media atau alat dari interaksi tersebut. Namun bahasa yang sebenarnya adalah lebih dari sekadar alat komunikasi. Kepunahan bahasa dapat bermuara ke krisis identitas. Bagaimana bisa? MENUJU KEPUNA BA Generasi Latah Berbahasa SUDAH lama saya tak bertemu dengan kawan SMA ini. Semenjak memasuki bangku perkuliahan— hampir tiga tahun lalu— kami belum bertemu lagi. Ia adalah teman sekelas saya waktu SMA kelas tiga. Yang saya tahu darinya, dia adalah anak asli Jawa, lahir di Jawa Tengah dari ayah dan ibu yang juga Jawa Tengah. Hingga kuliah pun, ia masih tinggal di Jawa Tengah. Ketika saya berkunjung ke kota dimana ia berkuliah dan kami bertemu, saya sedikit terkejut. Kawan saya itu, berbicara dengan logat yang saya kenal sebagai logat Jakarta. Meski tak menggunakan istilah “lo gue” seperti layaknya masyarakat Betawi, kentara benar logat yang ia gunakan kini bukanlah logat Jawa Tengah seperti yang saya tahu sebelumnya. Menurut salah seorang teman lain yang sekampus dengannya, kawan saya itu dekat dengan temanteman yang berasal dari Jakarta dan itulah yang " Namun bahasa yang sebenarnya adalah lebih dari sekadar alat komunikasi. Kepu ?Z[??Z\?H\]?\?]X\?H?H?\?\?Y[?]\????L??XZ?[Z[Y[??HY\?H B??