MAJALAH DIMENSI | Page 57

KELAKAR yang mendasarkan kegiatannya berdasarkan ingatan. Barangkali ketika itu benar-benar terjadi, hasil akhir yang didapat adalah keteraturan. maka saya membayangkan bahwa kasus-kasus besar itu adalah udara yang dibelah dan ditinggal di belakang oleh si anak panah. Terlupakan. Namun saya tidak pernah terobsesi dengan keteraturan. Alih-alih senang, saya malah takut dunia yang serba teratur itu benar-benar tercipta dan manusia lebih berfungsi sebagai robot. Suryabrata benar, ada definisi ketiga yang krusial untuk memori: kemampuan untuk mereproduksi kesan-kesan. Mengapa ini begitu penting? Jika kita melihat manusia secara umum dan mendasar, maka kemampuan untuk mengingat sesuatu identik dengan ekspresi dan pilihan. Saya pernah melihat ekspresi orang yang sedang mengingat sesuatu dan akhirnya mendapatkan apa yang ia mau. Saya juga pernah melihat seseorang, bahkan mengalami sendiri sebuah momen ketika saya mengingat standar atau mekanisme apa saya harus saya lakukan untuk melakukan sesuatu, namun saya memilih tak acuh dan melakukannya dengan cara saya sendiri. Kadang itu berhasil, di beberapa kesempatan saya menemui kegagalan. Tapi bukankah itu lebih terasa manusia? Bukankah itu lebih berfungsi sebagai “tempatnya salah dan lupa”? Kita ambil saja salah satu contoh kasus, korupsi misalnya. Ada permasalahan besar mengenai gaung kasu ̵