MAJALAH DIMENSI | Page 21

? LAPORAN KHUSUS Dalam lingkup Polines, dana ormawa berasal dari iuran yang dikenakan kepada mahasiswa pada waktu pembayaran di awal semester. Selanjutnya , dana tersebut akan ditampung oleh Badan Pengawas Mahasiswa (BPM) selaku pengelola dana ormawa untuk kemudian disalurkan kepada ormawa. Karena alasan tersebut, tanggung jawab moral yang diemban pengguna dana ormawa menjadi lebih besar. “Masalah kebijakan dalam penggunaan dan pengalokasian dana ormawa tergantung dari diskusi masing-masing ormawa, lalu dananya mau dibagi berapa rupiah setiap proker. BPM sudah membagi sesuai dari kapasitas ormawa kok,” ujar Ana Nur’aini, sebagai Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga (kini menjadi Administrasi Bisnis-red) periode 2014/2015. “Dana dikelola BPM berdasarkan draft SPPK (Sidang Penetapan Program Kerja-red) yang dirumuskan oleh BPM yang berisi tata peraturan dan daftar rincian dana yang nantinya dikembalikan ke ormawa untuk mendapatkan persetujuan, dan tambahan berupa masukan atau tidak, bila ada,” tandas Lia Huriana, Bendahara BPM Periode 2014/2015.“Dari seluruh ormawa yang mempunyai draft SPPK hanya BPM, BEM, dan juga Pak Harno bagian BAAK. Sedangkan setiap Ormawa wajib mempunyai anggaran dasar saja,” tambahnya. Sebelum draft SPPK tersusun, pihak BPM mewajibkan ormawa untuk membuat rincian dana yang dibutuhkan, sesuai dana ormawa yang telah ditetapkan untuk diberikan ke BPM. Menurut Esti Purbawati, Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa jurusan Elektro (HME) periode 2014/2015, bahwa proses pembagian dana dilihat dari besar dan kecilnya acara, fungsi, dan juga proporsional acara yang akan diadakan. Lia juga menyatakan bahwa dengan kebijakan dan sistem pengelolaan yang diterapkan BPM telah menghasilkan sebuah transparasi di antara BPM dengan seluruh ormawa. Selain itu, dari kebijakan dan sistem tersebut, kurang lebih 95% dana ormawa telah terserap oleh tiap-tiap ormawa. Senada dengan pernyataan yang diutarakan Lia, beberapa bendahara dan ketua ormawa , khususnya Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) menyatakan bahwa kebijakan dan sistem pengelolaan yang diterapkan BPM sudah amat baik dan adil, sehingga hal tersebut menimbulkan transparasi antara HMJ dengan BPM soal dana ormawa. Pengalokasian Dana Di Polines sendiri, setiap ormawa memiliki ciri khas dan karakteristik masing-masing. Hal ini tampak dari konsep di masing-masing proker yang mereka buat. Selain itu, juga terlihat dari goal setting dan keputusan yang diambil oleh mereka. Namun di balik semua itu, ada satu kesamaan yang mendasar, yakni menyangkut otoritas dalam pembagian dana ormawa. Melihat faktor tersebut, beberapa Ormawa, khususnya HMJ, menganggarkan dananya lebih besar pada proker pentas seni atau konser. Sekiranya, sekitar 46,98% dari jumlah dana ormawa yang diterima, mereka (HMJ-red) alokasikan untuk proker tersebut. “Bagi kami (Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (HIMA)-red), proker Presisi merupakan even yang paling prestise diadakan . Karena acara ini pertama kali kami adakan dan langsung mengundang artis ibu kota untuk meramaikan acara tersebut,” terang salah satu anggota HIMA merangkap sebagai mahasiswa di Jurusan Akuntansi yang namanya tidak mau disebutkan ketika diwawancarai. Sekali tiga uang dengan pernyataan salah satu anggota HIMA, Efendy Ario Saputra, selaku ketua HIMA periode 2014/2015 memaparkan bahwa ada tiga hal yang melatarbelakangi terlaksananya proker Presisi. Yang pertama, jika di tengok kebelakang, Jurusan Akuntansi belum pernah mengadakan konser sebesar Presisi. Kedua, adanya beban atau tanggungan sosial, karena pada masa kepengurusan sebelumnya pernah menyebar kuisioner untuk pentas seni (pensi) atau konser. Ketiga, keinginan dari pengurus HIMA dan mahasiswa Jurusan Akuntasi sendiri untuk mengadakan konser atau pentas seni. Jika ditengok lebih dalam, wajar memang bila proker pentas seni atau konser mendapat perhatian lebih dari ormawa. Selain karena proker tersebut merupakan salah satu proker dengan kapasitas acara yang besar dari proker lainnya, juga karena DIMENSI | 21