Majalah Cakrawala Edisi 425 Tahun 2015 25 | Page 28

teknologi 28 Teknologi Informasi C4ISR untuk TNI AL Oleh: Edna Caroline Pattisina (Wartawan Kompas) P ertengahan Januari 2015 lalu, ada sebuah berita yang tidak mendapat banyak perhatian. Berita itu tentang BUMN PT LEN Industri yang memasok Combat Management System (CMS) ketiga frigat kelas Van Speijk TNI AL. Dikutip dari kantor berita Antara, KRI Yos Sudarso-353, KRI Oswald Siahaan-354, dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 akan ditangani pengoperasiannya lewat CMS yang tersaji dalam Pusat Informasi Tempur (PIT). Dengan demikian, beberapa sistem senjata seperti meriam OTO Melara 76 mm, rudal C-802 Yakhont dan torpedo MK 46 akan dikendalikan oleh PIT. Hal ini menarik. PT LEN Industri kerap hadir dengan CMS di pameran-pameran pertahanan dalam negeri. BUMN ini termasuk industri pertahanan nasional seperti PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia. Saat pengumuman kerja sama PT LEN dengan TNI AL itu, Panglima TNI Jenderal TNI DR. Moeldoko mengatakan, hal ini terkait dengan agenda Mid Life Modernization di TNI AL. PT LEN sendiri telah membangun CMS sejak 2008 sebagai bagian dari program Kementerian Ristek. Dalam membuat CMS itu, PT LEN bekerja sama dengan Thales, produsen multi nasional asal Belanda. CMS yang dibuat PT LEN disebutkan telah bisa melaksanakan komunikasi secara real time serta menggunakan algoritma mutakhir dalam proses tracking radar. Hal yang kedua menarik adalah, kerja sama ini bisa diharapkan menjadi langkah awal dari perjalanan modernisasi TNI AL dengan menggunakan industri elektronika dalam negeri. Walaupun memang dibutuhkan perjalanan panjang untuk itu. Salah satu sisi penting dalam Revolution in Military Affairs (RMA) adalah penggunaan Command, Control, Communication, Computers, Intelligence, Surveilance, and Reconnaissance (C4ISR) sebagai alat dalam perang modern. Tulisan ini tidak ingin masuk dalam perdebatan tentang RMA sebagai mitos atau kecocokannya dengan Indonesia. Akan tetapi, bahkan dalam keseharian, kita bisa melihat bahwa bentuk-bentuk baru komunikasi dan teknologi visual telah menjadi senjata digital dalam perang. Sayangnya, dalam berbagai referensi seperti buku “The Information Revolution in Military Affairs in Asia”, IHS Jane’s Military dan Military Balance, Indonesia tidak pernah masuk ke dalam negara-negara pengguna teknologi canggih dalam bidang informasi teknologi dan elektronika dalam pengembangan militernya. Dalam rencana Buku Putih Strategi Pertahanan Kementer