Majalah Cakrawala Edisi 422 Tahun 2014 | Page 59
selama periode 2000-2010. Jumlah perompak di Perairan Selat
Malaka mengalami penurunan drastis (2000-2008), sedangkan
lepas pantai Somalia menjadi daerah yang paling berbahaya di
dunia terhadap ancaman serangan bajak laut. Seperti halnya
saat KM Sinar Kudus yang dibajak tanggal 16 Maret 2011
pada posisi 13.37,78 N/59.03,88E yang setelah menerima
persetujuan dari Presiden SBY tanggal 19 Maret 2011,
mengerahkan kekuatan yang terdiri dari 2 KRI, 1 Helikopter
dan pasukan khusus dari Kopaska, Marinir, Kopassus serta
Kostrad, di mana dalam aksinya, terdapat 4 pembajak yang
terakhir turun dari KM Sinar Kudus dilumpuhkan, namun 4
perompak tewas dan tercebur laut.
• Bulk Carrier adalah tipe kapal yang paling diserang. Kapal
Bulk merupakan bulk cargo carrier di mana tipe kapal yang
dibangun khusus untuk mengangkut muatan curah (tidak
menggunakan wadah/pembungkus) yang dikapalkan sekaligus
dalam jumlah besar dan cara memuatnya dengan jalan
mencurahkan muatan ke dalam kapal.
Kemungkinan Ancaman di Maritim Dalam Operasi
Teroris:
• Scene 1: Serangan terhadap kapal penumpang atau ferry
dengan meledakkan kapal tersebut sehingga terjadi korban
massal.
• Scene 2: Serangan terhadap kapal tanker atau LPG carrier
atau Chemical carrier dengan meledakkan kapal tersebut
sehingga terjadi ledakan yang hebat.
• Scene 3: Seperti Scene 2, namun terjadi di terminal yang
strategis sehingga terjadi ledakan yang menghancurkan.
• Scene 4: Serangan terhadap fasilitas pelabuhan atau
terminal atau fasilitas strategis di sekitar pelabuhan.
Kita semua berharap bahwa ancaman/gangguan keamanan
laut di perairan Nusantara kita maupun dunia internasional
aman terkendali dan umpama pun terjadi dapat disikapi dengan
cepat dan selamat semua, terlebih lagi dalam melaksanakan
ISPS Code. Terkait dengan pembahasannya dan situasi saat
Ilustrasi.
ini, bagaimana dengan isu hangat rencana Tol Laut Pak Jokowi
atau istilah dinas Perhubungannya: Konsep pengembangan
transportasi Jalur Laut Bebas Hambatan (Nautical Free
Way) dan juga Masyarakat Ekonomi Asean Tahun 2015
adalah awal diberlakukannya perdagangan bebas Asean,
dalam bingkai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)/Asean
Economic Community (AEC). Dengan platform baru yang
hampir menyerupai Masyarakat Ekonomi Eropa/EU, Asean
diharapkan akan segera memiliki akses Ekonomi dan diplomasi
yang lebih terbuka, solid, merata dan menguntungkan.
Walaupun dalam perkembangan rencana tol laut banyak
pendapat pro dan kontra, sebagai prajurit matra laut atau
masyarakat yang concern dengan keamanan laut, perlu
juga untuk segera dipikirkan dengan baik dan positif.
Karena jika memang benar-benar direalisasikan, persiapanpersiapannya sudah ada dan tinggal ditindaklanjuti dan segera
diimplementasikan. Tentunya dibutuhkan koordinasi dan kerja
sama dengan instansi terkait baik TNI Angkatan Laut, Dinas
Perhubungan Laut, Bea Cukai, Polisi Airud, Basarnas dan
juga Bakorkamla pastinya. Sebagaimana kita ketahui bersama
bahwa tol laut yang dimaksud adalah bukan jalan tol di laut,
melainkan koneksitas laut dengan kapal-kapal besar dari Barat
ke Timur dan semua dapat menghubungkan Indonesia secara
cepat dengan membangun jalur kapal-kapal besar. Dengan
ide ini, akan selalu ada kapal rutin berlayar dari Sumatera ke
Papua dan sebaliknya. Tol laut Jokowi akan melewati 5 kota
besar yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, Makassar dan Sorong.
Sementara, kota kecil disekitarnya akan beroperasi kapal kecil.
Adapun tujuan dari tol laut ini adalah untuk mengembangkan
ekonomi maritim, yaitu menjadi laut sebagai basis konektivitas
produksi dan pemasaran antar daerah atau pulau di Indonesia
dan regional, sehingga dapat menekan disparitas harga dengan
menekan biaya transportasi dan logistik.
Tantangan kita akan semakin besar untuk menyikapinya.
Namun demikian, sudah sepantasnya kita pikirkan sejak awal
karena dengan persiapan TNI Angkatan Laut yang baik dan
latihan bersama ISPS Code ini dengan instansi terkait semua
ancaman dan gangguan baik di perairan Indonesia maupun
dunia internasional pasti dapat diatasi. Sedikit mengutip
apa yang disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut
(Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio, bahwa sudah
sepatutnya kita berusaha untuk membangun TNI
Angkatan Laut agar tetap mampu menjaga stabilitas
keamanan maritim baik nasional, regional maupun
global. Hal tersebut merupakan konsekuensi dalam
mempertahankan dan meningkatkan kualitas TNI
Angkatan Laut sebagai Angkatan Laut berkelas dunia.
Jalesveva Jayamahe. ©Albert Waworuntu, SS, ICPS.
Cakrawala Edisi 422 Tahun 2014
59