Majalah Cakrawala Edisi 422 Tahun 2014 | Page 42

OPINI 42 Nusantara Indonesia Dalam Poros Maritim Dunia dan Tantangannya M edia massa luar negeri menyoroti tingginya angka perompakan di laut yang terjadi di perairan Asia Tenggara, khususnya di wilayah Indonesia. Data yang diambil dari media massa tersebut berasal dari International Maritime Bureau (IMB) dan Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia (ReCAAP). Kasus cukup besar yang diangkat adalah kapal tanker Orapin 4 yang membawa muatan 4 juta liter minyak solar senilai 2 juta dollar AS (sekitar Rp 23,3 miliar) dengan modus muatan dikuras dan dipindahkan ke kapal lainnya hanya dalam waktu 10 jam. Mengkaji data dari IMB maupun ReCAAP menunjukan tingkat kriminalitas di laut sangat fluktuatif dan masih cukup tinggi. IMB dan ReCAAP mempublikasikan data-data kejahatan di laut dalam berbagai bentuk dan variasi, yang menarik adalah kedua lembaga tersebut dalam menyajikan datanya sering berbeda walaupun bekerja dalam wilayah yang sama. Hal ini kemungkinan disebabkan pasokan data yang berbeda atau cara menyajikan data yang berbeda, atau ada motif lain terkait dengan data yang dipublikasi. IMB merupakan lembaga swadaya masyarakat yang berada di Kuala Lumpur yang memfokuskan pada distribusi informasi terkait dengan pembajakan dan perompakan, sedangkan ReCAAP merupakan lembaga antar negara yang mempunyai fungsi hampir sama dengan IMB. Indonesia dan Malaysia tidak menjadi anggota ReCAAP dengan berbagai alasan antara lain ReCAAP dibentuk sepertinya menempatkan wilayah Indonesia sebagai objek misi lembaga