kepada orang yang kehujanan, berikan pakaian kepada
orang yang telanjang; dan berikan makan kepada orang
yang lapar. Maksudnya secara luas, berikanlah sesuatu
sesuai dengan yang dibutuhkan.
Dalam konteks kepemimpinan, ada istilah hendaknya
disesuaikan dengan budaya lokal. Namun nomenklatur
lokal di sini tidak senantiasa termaknai dengan penafsiran
geografis. Bisa saja secara sosial diartikan memimpin suatu
komunitas keagamaan, kebudayaan, paguyuban seniman,
kelompok remaja, jam’iyah wanita, ataupun klub olahraga.
Misalnya dalam kondisi lingkungan yang hierarchies,
prinsip goal oriented sekaligus member oriented juga
tidak ada masalah untuk diterapkan. Orientasi pada
tujuan organisasi sudah jelas merupakan inti dari sistem
komando, yang harus dilaksanakan tanpa dapat ditawar.
Apabila diterapkan bersamaan dengan orientasi pada
kebutuhan anggota, pola kepemimpinannya akan semakin
indah, menjadi prinsip “tegas tapi dekat”. Peraturan harus
ditegakkan, disertai dengan sikap dan hati yang peduli
kepada anggota kesatuan.
Contoh lainnya dapat dilihat pada kepemimpinan
di atas kapal, yang mustahil diterapkan komunikasi
manajemen secara demokratis. Seorang nakhoda tentu
berkomitmen untuk membawa kapal sesuai dengan tujuan
pada saat berangkat dari pelabuhan. Dalam saat yang
sama, kedekatan dengan anak buah kapal harus senantiasa
terjalin dengan sikap “tegas tapi dekat”.
Kualitas Pemimpin
Bagaimanapun aneka ragamnya kondisi lokal,
sebetulnya kunci keberhasilan kepemimpinan banyak
tergantung pada kualitas sang pimpinan. Dalam kaidah
agama ada pula kriteria kepemimpinan yang bisa
dijadikan a