KEPEMIMPINAN
NUSANTARA
A
leader is the one who guides others in action
or opinion. Idealisme memimpin suatu bangsa
tentu harus memiliki dua niat atau orientasi,
yakni mengacu pada tujuan nasional (goal oriented) dan
berkiblat untuk kemaslahatan rakyat (member oriented).
Saat ini bisa saja segala tujuan tadi sudah tertera secara
formal dalam Garis Besar Haluan Negara. Namun dalam
sikap dan perilaku pribadi, seorang pimpinan sebaiknya
diwarnai oleh dua dimensi yang sangat mendasar tersebut.
Goal oriented dalam berbangsa akan termanifestasikan
pada patriotisme individu, jiwa kepahlawanan kepada
negara. Dalam aspek politik tentu kelihatan komitmennya
terhadap pertahanan kedaulatan serta kemuliaan citra
bangsa di panggung internasional. Dalam bidang ekonomi
pasti nampak upaya kerasnya guna meningkatkan daya
saing bangsa dalam era globalisasi ekonomi. Pada ranah
sosial-budaya bisa dibaca dalam mengawal kebersamaan
bangsa dalam keanekaragaman kultur, agama dan etnisitas.
Adapun member oriented bisa terlihat pada usaha seriusnya
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, keberpihakan
pada masyarakat kecil, serta kepedulian untuk mengangkat
wilayah yang tertinggal.
Sistem Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu sistem antara pimpinan,
bawahan dan lingkungan. Dalam budaya nasional,
kepemimpinan diharapkan berperilaku positif dan
berwibawa, sehingga layak untuk menjadi teladan. Pada
saat yang sama, hendaknya dekat atau komunikatif dengan
rakyat, sehingga dapat memahami aspirasi masyarakata
secara tepat, dan bisa pula menyampaikan strategi dan
kebijakan Pemerintah tanpa disalah pahami. Dalam segala
kondisi hendaknya dapat pula memberikan motivasi atau
dorongan kepada bangsanya untuk maju dan berjuang.
Pendeknya dalam wejangan lama terungkap dengan istilah
populer ing ngarso sung tulodo, ing tengah mbangun
karso, tut wuri handayani. Kalau demikian halnya, maka
segenap kebijakan dan program yang dirancang dan
diterapkan akan sesuai dengan yang memang dibutuhkan.
Menurut kata bijak salah seorang Wali Songo, Sunan
Drajad, berbunyi: wenehno teken marang wong kang wuto;
wenehno payung marang wong kang kudanan; wenehno
busono marang wong kang wudo; dan wenehno pangan
marang wong kang ngelih. Arti dari pepatah tersebut,
berikan tongkat kepada orang yang buta, berikan payung