T
ahun
2014
yang
merupakan
tahun
terakhir Renstra II,
Indonesia mendapatkan tamĀ
bahan tiga kapal tempur jenis
fregat ringan buatan BAE Naval
System, Inggris. Kapal tempur
yang pabrikannya dilabeli dengan
F2000 ini, sebelumnya dipesan
Pemerintah Brunei Darussalam
pada tahun 2001-2002 dan
seharusnya
masuk
jajaran
Angkatan Laut Brunei pada tahun
2007. Pada perkembangannya
kerja sama kedua belah pihak
tidak berjalan mulus, pemerintah
Brunei memutus perjanjian dan
menunjuk perusahaan Lurssen,
Jerman untuk mencari pembeli
baru. Pemerintah Indonesia
membeli ketiga kapal itu
dengan memodifikasi sistem
persenjataannya dan diharapkan
dapat beroperasi dalam kurun
tahun 2014.
TNI AL menamai ketiga
fregat ringan ini masing-masing
dengan nama KRI Bung Tomo357, KRI John Lie-358, dan KRI
Usman Harun-359. Ketiga kapal
ini dijadikan satu klas yaitu fregat
klas Bung Tomo. Ketiga kapal
ini memiliki sistem senjata dan
sistem sensor yang serupa dengan
kapal-kapal kombatan TNI AL
buatan Eropa Barat seperti fregat
klas Van Speijk/klas Ahmad Yani,
korvet klas Fatahillah, dan korvet
klas Sigma/klas Diponegoro.
Dengan demikian fregat klas
Bung Tomo ini pada tataran
operasionalnya dapat berintegrasi
dengan unit-unit kombatan
utama yang dimiliki TNI AL.
Meskipun tahun pemĀ
buatannya lebih tua dari kapal
tempur teranyar TNI AL korvet
klas Sigma, namun sistem sensor
dan senjatanya selevel dengan
KRI Diponegoro cs. Bahkan
untuk senjata pertahanan udara,
fregat klas Bung Tomo lebih unggul dari kapal-kapal
perang TNI AL sebelumnya. Kapal berbobot mati 1.940
ton ini, diproy