Kenaikan Harga Cabai Saat Ini Bisa Dicegah Dengan Menerapkan Langkah Pola Tanam Cabai
Kenaikan harga cabai merata di seluruh wilayah Jawa Barat, dengan kisaran kenaikan harga mencapai Rp 80 ribu untuk cabai rawit hijau dan Rp 100 ribu untuk cabai rawit merah. Jawa Barat
sendiri merupakan Provinsi kedua dalam hal produksi cabai rawit di Indonesia setelah Jawa Timur. Dengan sentra penghasil cabai terbesar Jawa Barat berada di Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, dan terakhir Kabupaten Sukabumi. Adanya persoalan dalam sistem tanam dan pengaruh anomali cuaca menjadi salah satu faktor melambungnya harga cabai. Beberapa solusi diajukan untuk mengembalikan stabilitas pada komoditi ini.
Salah satu solusi datang dari Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Yunandar Eka Perwira. Eka menilai kenaikan harga cabai saat ini bisa dicegah dengan menerapkan langkah pola tanam cabai penerapannya bisa dilakukan oleh dinas terkait di Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten atau Kota.“ Menurut saya, solusi pertama terkait kenaikan harga cabai yang terjadi beberapa bulan ke belakang ini adalah atur pola tanam cabai,” kata Yunandar Eka Perwira kepada Majalah Bewara.
R. YUNANDAR EKA PERWIRA
Dia menyebut, sejauh ini langkah pengaturan pola tanam terhadap komoditas cabai tidak pernah dilakukan oleh pemerintah. Seharusnya, kata dia, hal ini dilakukan rutin setiap bulan. Dengan begitu, dia optimistis keberadaan cabai akan stabil di setiap waktu.“ Jangan seperti sekarang, di saat momentum tertentu atau musim tertentu, cabai kosong di pasaran sehingga harganya naik,” tambah dia. Menurutnya, solusi untuk melakukan pengaturan pola tanam cabai mudah dilakukan. Namun, untuk saat ini terkendala kebijakan otonomi daerah.“ Kebijakan Otda( otonomi daerah) ini menyebabkan kabupaten / kota memiliki kewenangan sendiri,” ujarnya.
Selanjutnya menurut Eka, kondisi sekarang berbeda dengan dulu disaat Pemprov bisa memberikan instruksi langsung kepada kabupaten / kota penghasil cabai untuk mengusulkan agar dinas terkait seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar bisa terlibat langsung dengan para petani cabai di Kabupaten / Kota.
Keterlibatan ini sangat penting mengingat petanilah pusat penghasil komoditas pertanian. Dia menyayangkan karena selama ini interaksi keduanya sangat minim.” Sehingga petani kita tidak tahu berapa harga cabai di tingkat pedagang dan mereka menjualnya ke tengkulak. Seharusnya pemerintah bisa memfasilitasi mereka terkait pengakutan logistik,” katanya.
Dengan begitu, petani bisa terbebas dari permainan para tengkulak yang merugikan petani dan masyarakat.“ Ini agar petani untung, dan tengkulak tidak‘ menguasai’ komoditas ini di tingkat petani cabai,” katanya.
Foto Ilustrasi
6
Majalah BEWARA Edisi 15 | Februari 2017