Majalah AKSI Edisi 1 No.2 / 2013 | Page 28

Alice Guy-Blaché PAMELA GREEN & JARIK VAN SLUIJS Dua pencetus tim penyelamat Alice PG: Ya, waktu kami menemukan Alice dan kisah hidupnya, kami rasa orang lain perlu tahu juga tentang dia. Kami terinspirasi oleh Alice sebagai seorang business-owner. Dan sebagai seorang kreator. Dan kami pikir dunia perlu tahu tentang Alice, tidak hanya karena ia adalah sutradara wanita pertama, tapi juga karena ia adalah satu orang pertama yang memiliki studionya sendiri. Alice adalah orang kreatif, dan punya naluri bisnis dan itu adalah contoh yang baik untuk generasi di masa depan. Dan siapa tahu, kalau dengan kembali ke masa Alice pada tahun 1895, kita mungkin bisa mengekspos karakter-karakter baru, penemuan-penemuan baru yang mungkin akan menginspirasi seseorang untuk menceritakan kisah lain dari seorang pelopor lain, atau mungkin terinspirasi untuk menemukan sesuatu yang baru. Siapa tahu. BR: Kembali kepada anda. Setelah mengenal Alice lebih jauh seperti yang sudah anda lakukan, apakah ada yang berubah dalam diri anda, khususnya anda sebagai seorang wanita dan filmmaker? PG: Menurut saya, setiap kali saya merasa down, saya berpikir tentang Alice. Saya berpikir betapa sulit pada masa itu, dan betapa kuat ia harus bersikap, tapi juga betapa baik, dan bagaimana semua orang yang bekerja dengannya punya loyalitas terhadapnya. Saya ingin bisa seperti itu, saya ingin bisa menjadi seseorang yang dapat membuat sesuatu terjadi, tapi juga tetap feminin. Edisi .1 | No.2 | Oktober 2013 Menurut saya kita bisa mendapatkan kedua dunia itu, kita bisa menyeimbangkan. Saya senang bisnis dan terinspirasi dari itu. Jadi ya, Alice adalah seseorang yang akan selalu saya rujuk ketika saya menghadapi sebuah tantangan. Mungkin saya tidak akan menemukan contoh yang sama karena masa itu sudah 100 tahun yang lalu, tapi bisnis adalah bisnis, interaksi adalah interaksi, dan Alice adalah seseorang yang akan selalu saya pikirkan ketika mengambil keputusan. BR: Respon yang ada di kampanye Kickstarter anda cukup inspiratif. Bagaimana perasaan anda dalam mendapat dukungan seperti itu dari seluruh penjuru dunia untuk sesuatu yang anda mulai sendiri? PG: Saya tidak melakukannya sendiri. Ini adalah sebuah kolaborasi dengan Jarik van Sluijs dan Gala Minasova, yang menjadi co-producer di film ini. Dan semua orang yang sudah terlibat dalam film ini lewat wawancara, semua sejarawan dan Alice dan beberapa anggota keluarga, semua orang yang telah bergabung untuk menceritakan kisah Alice. Jadi ini bukan sebuah proses saya sendiri, tapi memang dimulai dengan sebuah mimpi. Saat pertama kali saya memikirkan untuk melakukan ini, memang itu adalah sebuah proses yang personal. Lalu ketika Kickstarter dimulai, dan orang-orang mulai berkontribusi, hal ini menjadi emosional. Ada banyak air mata bahagia, excitement, kejutan, dan harapan. Memang ini membuat saya merasa puas secara pribadi bahwa wanita ini akan mendapat apa yang ia pantas dapatkan, bahwa banyak orang akan ingin menjadi seperti dia. Jadi itu pastinya sangat menyenangkan, tapi masih banyak pekerjaan yang menunggu di depan kami, jadi lebih baik jangan keburu senang. BR: Pertanyaan terakhir. Apakah anda punya tips atau pesan untuk siapapun di luar sana yang terinspirasi untuk menjadi seperti Alice? PG: Semua berawal dari tekad dan semangat. Kalau kamu punya mimpi dan ada sesuatu yang kamu ingin lakukan, maka, ‘tidak’ harusnya—jika ada yang berkata ‘tidak’ kepadamu, itu harusnya menajdi inspirasi untuk mengubah ‘tidak’ itu menjadi ‘iya’. Dan kamu seharusnya tidak membiarkan orang memberitahumu bahwa sesuatu itu tidak mungkin. Jika kamu punya sesuatu yang ingin kamu lakukan dalam hidupmu, kamu perlu bekerja keras, tetap fokus. Saya selalu bilang, buat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kamu bisa melakukan apapun jika kamu memfokuskan pikiranmu, jika kamu punya tekad dan bersemangat. Dan kalau kamu bisa mempunyai hal itu, semoga itu bisa menular ke orang lain dan mereka akan mengikutimu. (Ketika dihubungi melalui Facebook mengenai kemungkinan untuk diwawancarai, meski di tengah kesibukannya, Pamela langsung setuju dan akhirnya wawancara dilakukan via e-mail. Sebuah daftar pertanyaan dikirimkan kepada Pamela, lalu ia merekam jawabannya dalam sebuah audio file. Wawancara di atas adalah hasil transkrip audio file tersebut). BAWUK RESPATI Majalah AKSI | 28 Photos courtesy of Pamela Green & PIC Agency tas kepada Alice dengan membicarakannya dengan lebih sering?