KLIK BKI APRIL 2018, EDISI 45 KLIK EDISI APRIL 2018 | страница 23

MOTIVASI merenda makna di taman-taman bunga. Tidak untuk memikirkan yang bukan-bukan, hanya belajar terhubung dengan keindahan melalui salah satu wakilnya yang bernama bunga. Mengenai tugas bunga berbagai bau wangi juga penuh inspirasi. Semakin dekat sebuah waktu dengan saat mekarnya bunga, semakin banyak bau wangi yang disebarkan bunga. Seperti sedang merenda makna, pertama sebagai manusia juga ada untuk berbagi bau wangi. Entah melalui kata-kata yang terucapkan, perilaku yang menyentuh, atau melalui pikiran-pikiran yang jernih, bukankah Dengan demikian, adakah yang bisa merajut makna ketidakberhinggaan dari kehidupan bunga yang berbagi bau wangi dari titik pusat? Ciri terakhir bunga adalah keikhlasan meninggalkan bau wangi, serta mengakhiri tugas menjadi wakil keindahan dengan tulus dan ikhlas demi terlaksananya tugas berikutnya. Ini juga pelajaran amat berguna bagi manusia. Ada saatnya, seberapa bagus dan mengagumkannya tugas manusia (dalam hal bunga adalah penyebar wangi dan mewakili keindahan), kita mesti rela meninggalkannya. Terutama, untuk memperlancar berikutnya, kendati tugas berikutnya sementereng dan semengagumkan sebelumnya. Serupa dengan bunga manusia bisa berbagi bau wangi? Kedua, semakin dekat manusia dengan waktu kematian semakin banyak juga sebaiknya bau wangi yang disebarkan. Bukankah kematian kehidupannya berguna sekaligus penuh makna, bukankah dengan melepaskan yang lama dan menerima yang baru di setiap hari baru, manusia mulai mengepakkan ada untuk mengingatkan manusia untuk segera berbagi bau wangi? Memasuk ciri ketiga bunga, bau wangi datang dari serangkaian (kadang sebuah) titik pusat. Ia juga mau berucap, “Dari titik pusat itulah manusai bisa berbagi bau wangi.” Ada sahabat yang bertanya tentang titik pusat manusia. Dan ada berbagai spekulasi yang pernah muncul. Ada yang menyebut titik pusat sebagai posisi di antara kanan-kiri, benar-salah, teman- musuh dan segala bentuk dualitas lainnya. Ada juga yang mengatakan pengendalian diri sebagai titik pusat. Ada juga yang tidak mau kalah dengan tugas tidak tugas yang saya-sayap kebebasan? Entahlah, yang jelas maafkan saya karena melemparkan terlalu banyak pertanyaan. Bagi sahabat yang biasa disuapi jawaban, ini memang membingungkan. Kehidupan kebingungan itu sendiri tidak selalu negatif. menyebut cinta sebagai titik pusat manusia. Ada penganut mistik yang meletakkan titik pusat dalam keterhubungan (connectedness). Sehingga hidup dalam sebuah keterhubungan ini, membuat manusia menyadari kalau dirinya bukan apa-apa (dalam matematika diwakili oleh angka nol). Dan angka nol adalah persegi dengan jumlah persegi yang tidak berhingga. Sebab bisa menjadi pembuka pintu bagi kemungkinan dimasukinya wilayah-wilayah pandangan baru yang segar. Bagi rekan yang biasa menyelami kedalaman pertanyaan, hentakan- hentakan pertanyaan ini memang bukan gawang sepak bola yang bisa menutup perjalanan. Melainkan lebih menyerupai sumur-sumur tanpa dasar yang mesti diselami sendiri-sendiri. Bukan dengan pertanyaan manusia senantiasa dibukakan pintu pencaharian? EDISI 45 • APRIL 2018 23