Industry edisi agustus 2013 | Page 18

COVERSTORY PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) Spesialis Pakaian Militer yang Rambah Dunia Seragam militer anggota NATO ternyata hasil produksi Solo. Bahkan lebih dari 31 negara di dunia mempercayakan pembuatan seragam militernya kepada perusahaan yang berbasis di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Oleh: Dhiyan W Wibowo A dalah PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang telah berhasil memenuhi standar North Atlantic Treaty Organization (NATO) sehingga dipercaya memproduksi seragam militer sejumlah negara anggota NATO. Selain seragam, perusahaan yang kini telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini juga memproduksi seragam tempur, jaket, rompi, tenda, dan sepatu. Sejauh ini, pangsa pasar perseroan untuk produk pakaian militer di Asia adalah sekitar 8 % Disampaikan Iwan Setiawan Lukminto, Presiden Direktur PT Sritex dalam jawaban tertulisnya kepada redaksi, iklim indusri di bisnis TPT di Indonesia saat ini sudah cukup baik dikarenakan sudah adanya dukungan dari pihak kreditur sehingga industri TPT bisa terus berekspansi dan tumbuh. Perusahaan sendiri punya rencana pengembangan pasar yang cukup ekspansif. Dalam satu kesempatan manajemen sempat menyatakan ingin masuk ke pasar Cina sebagai tujuan ekspor. “Penurunan pertumbuhan ekonomi Cina tidak menghambat rencana kami untuk menjadikan Cina sebagai target pasar ke depan, karena produk tekstil memiliki 18 INDONESIAN INDUSTRY AGUSTUS 2013 segmen pasar yang luas. Perseroan telah mampu menjual produk benang ke Cina sejak tahun lalu sehingga hal ini menjadi tolok ukur bagi kami bahwa produk kami yang dijual ke Cina sudah terbukti kompetitif di segmen tertentu. Asal jeli melihat peluang yang ada,” papar Iwan. Tahun ini perseroan mematok target pertumbuhan revenue sebesar 25%, Adapun pada 2012 lalu revenue yang berhasil diraup sebesar Rp 4,114 triliun. Sejumlah faktor yang diprediksikan bakal menopang pertumbuhan tadi antara lain penguatan mata uang Amerika Serikat yang akan berdampak positif karena perseroan berorientasi ekspor. Sekadar catatan hasil ekspor perseroan mencapai 60% dari total revenue. Selain itu, kenaikan inflasi juga meningkatkan harga jual perseroan. Sementara itu adanya penambahan kapasitas pemintalan sebanyak 200 ribu mata pintal, maka volume produksi benang meningkat sehingga mampu menyuplai lebih banyak ke pemakaian internal untuk proses produksi lebih lanjut ke kain mentah, kain jadi serta garmen. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat juga diperkirakan akan meningkatkan permintaan produk- produk tekstil perseroan ke negara tersebut. “Berikutnya adalah masalah industri tekstil di Bangladesh, juga akan memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk memperoleh orderorder yang sebelumnya diberikan ke Bangladesh,” imbuhnya. Pada penawaran saham perdana (IPO) medio Juni lalu, Sritex berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 1,344 triliun. Dana IPO yang didapat, kata Iwan, akan digunakan untuk ekspansi di pemintalan dan garmen. Ekspansi di pemintalan dengan persentase sebesar 87% dan ekspansi di garmen sebesar 13%. Ekspansi tersebut dilakukan karena kapasitas produksi sudah tidak mencukupi. Perusahaan juga masih membutuhkan dana sebesar Rp 1 triliun, yang akan dialokasikan untuk ekspansi di pemintalan karena dana dari IPO belum mencukupi ekspansi di pemintalan. n Tahun ini perseroan mematok target pertumbuhan revenue sebesar 25%