COVERSTORY
PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex)
Spesialis Pakaian Militer
yang Rambah Dunia
Seragam militer anggota NATO ternyata hasil produksi Solo. Bahkan lebih dari 31 negara di
dunia mempercayakan pembuatan seragam militernya kepada perusahaan yang berbasis di
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Oleh: Dhiyan W Wibowo
A
dalah PT Sri Rejeki Isman
Tbk (Sritex) yang telah
berhasil memenuhi standar
North Atlantic Treaty Organization
(NATO) sehingga dipercaya
memproduksi seragam militer
sejumlah negara anggota NATO.
Selain seragam, perusahaan
yang kini telah melantai di Bursa
Efek Indonesia (BEI) ini juga
memproduksi seragam tempur, jaket,
rompi, tenda, dan sepatu. Sejauh
ini, pangsa pasar perseroan untuk
produk pakaian militer di Asia
adalah sekitar 8 %
Disampaikan Iwan Setiawan
Lukminto, Presiden Direktur PT
Sritex dalam jawaban tertulisnya
kepada redaksi, iklim indusri di
bisnis TPT di Indonesia saat ini
sudah cukup baik dikarenakan
sudah adanya dukungan dari pihak
kreditur sehingga industri TPT bisa
terus berekspansi dan tumbuh.
Perusahaan sendiri punya
rencana pengembangan pasar
yang cukup ekspansif. Dalam satu
kesempatan manajemen sempat
menyatakan ingin masuk ke pasar
Cina sebagai tujuan ekspor.
“Penurunan pertumbuhan
ekonomi Cina tidak menghambat
rencana kami untuk menjadikan
Cina sebagai target pasar ke depan,
karena produk tekstil memiliki
18 INDONESIAN INDUSTRY AGUSTUS 2013
segmen pasar yang luas. Perseroan
telah mampu menjual produk
benang ke Cina sejak tahun lalu
sehingga hal ini menjadi tolok ukur
bagi kami bahwa produk kami
yang dijual ke Cina sudah terbukti
kompetitif di segmen tertentu. Asal
jeli melihat peluang yang ada,” papar
Iwan.
Tahun ini perseroan mematok
target pertumbuhan revenue sebesar
25%, Adapun pada 2012 lalu revenue
yang berhasil diraup sebesar Rp
4,114 triliun. Sejumlah faktor yang
diprediksikan bakal menopang
pertumbuhan tadi antara lain
penguatan mata uang Amerika
Serikat yang akan berdampak positif
karena perseroan berorientasi ekspor.
Sekadar catatan hasil ekspor perseroan
mencapai 60% dari total revenue.
Selain itu, kenaikan inflasi juga
meningkatkan harga jual perseroan.
Sementara itu adanya penambahan
kapasitas pemintalan sebanyak
200 ribu mata pintal, maka volume
produksi benang meningkat
sehingga mampu menyuplai lebih
banyak ke pemakaian internal
untuk proses produksi lebih lanjut
ke kain mentah, kain jadi serta
garmen.
Pemulihan ekonomi Amerika
Serikat juga diperkirakan akan
meningkatkan permintaan produk-
produk tekstil perseroan ke negara
tersebut. “Berikutnya adalah masalah
industri tekstil di Bangladesh, juga
akan memberikan keuntungan bagi
Indonesia untuk memperoleh orderorder yang sebelumnya diberikan ke
Bangladesh,” imbuhnya.
Pada penawaran saham perdana
(IPO) medio Juni lalu, Sritex berhasil
mengumpulkan dana sebesar Rp
1,344 triliun. Dana IPO yang
didapat, kata Iwan, akan digunakan
untuk ekspansi di pemintalan dan
garmen. Ekspansi di pemintalan
dengan persentase sebesar 87% dan
ekspansi di garmen sebesar 13%.
Ekspansi tersebut dilakukan karena
kapasitas produksi sudah tidak
mencukupi.
Perusahaan juga masih
membutuhkan dana sebesar Rp 1
triliun, yang akan dialokasikan
untuk ekspansi di pemintalan karena
dana dari IPO belum mencukupi
ekspansi di pemintalan. n
Tahun ini perseroan
mematok target
pertumbuhan
revenue sebesar 25%