COVERSTORY
Industri TPT Terganjal Stigma
pekerja di seluruh dunia. Sektor ini
juga merupakan sumber yang cukup
besar bagi tenaga kerja formal di
dunia (negara) berkembang. Maka
tak salah jika lembaga dunia ini
menyebut sektor tekstil, garmen
termasuk alas sepatu mampu
menawarkan potensi yang sangat
besar, dan mampu berkontribusi
secara signifikan pada pengembangan
perekonomian.
Memandang sektor tekstil sebagai
sektor yang mampu menyerap
banyak tenaga kerja, pemerintah
India sampai harus membentuk
satu kementerian khusus yakni
Kementerian Tekstil yang menangani
sektor tekstil dan garmen. Perlu
diketahui, berdasarkan data dari
World Trade Organization (WTO)
tahun 2010 di pasar ekspor pakaian
global, India menduduki posisi enam
besar eksportir paling masif di
dunia. Di atasnya ‘nangkring’ negaranegara kompetitornya yakni Turki,
Bangladesh, Hongkong, Uni Eropa
dan Cina di posisi teratas. Sementara
di pasar tekstil dunia, India
menempati posisi ketiga terbesar
sebagai negara pengekspor di bawah
Uni Eropa dan Cina.
Industri tekstil India memainkan
peranan penting pada output
industri, penyerapan tenaga kerja
dan pendapatan dari ekspor. Sektor
ini berkontribusi sekitar 14% pada
produksi industri, lalu sebesar
4% bagi Pertumbuhan Domestik
Bruto-nya (PDB), serta berkontribusi
sebesar 11% bagi pendapatan ekspor
negara. Sektor ini tercatat sebagai
sektor terbesar kedua yang mampu
menyerap tenaga kerja di India,
setelah sektor pertanian.
Untuk itu, Kementerian Tekstil
di India bertanggung jawab untuk
memformulasikan kebijakan,
rencana, pengembangan, promosi
ekspor dan memformulasikan
regulasi perdagangan bagi industri
tekstil, sehingga industri ini tetap
hidup dan berkesinambungan.
Bahkan pemerintah India kini
14 INDONESIAN INDUSTRY AGUSTUS 2013
tengah merancang sebuah Kawasan
Tekstil Terintegrasi (Scheme for
Integrated Textile Parks/SITP), yang
pembentukannya telah disetujui
dan dimasukkan dalam ‘Pelita
ke-10’ yang akan menyediakan
industri tekstil sebuah fasilitas dan
infrastuktur industri kelas dunia.
Dengan adanya Kawasan Tekstil
Terintegrasi ini di India, diharapkan
sektor industri tekstil dan garmen
setempat akan bisa merajai di pasar
dunia.
Tenaga kerja yang
terserap tahun
2012 mencapai
1,53 juta orang
di sektor TPT, dan
520.000 orang
pada sektor
pakaian jadi.
Kementerian khusus yang
membawahi industri tekstil juga
dibentuk di Bangladesh, mengingat
begitu strategisnya industri ini
bagi negara tersebut. Sekadar
pengetahuan saja, industri tekstil
dan produk tekstil di Bangladesh
menjadi sumber utama pertumbuhan
ekonomi yang bergerak cepat. Pada
tahun 2002, angka ekspor tekstil,
kain dan pakaian dari Bangladesh
memberikan kontribusi sebesar 77%
bagi total ekspor.
Dan memasuki tahun
2013, sekitar empat juta orang
yang sebagian besar adalah
wanita, bekerja di industri yang
mencatatkan angka penjualan hingga
US$ 19 juta per tahun tersebut. Saat
ini angka penjualan TPT Bangladesh
disebut-sebut mencapai US$ 20
juta. Di Bangladesh bahkan berdiri
belasan perguruan tinggi yang
fokus mengajarkan kurikulum
industri pertekstilan. Yang terbesar
adalah Bangladesh University of
Textiles (BUTex) yang merupakan
satu-satunya kampus yang khusus
mengajarkan teknik pertekstilan di
Bangladesh.
Kontrak ekspor TPT Bangladesh
sebanyak 60% dipasarkan ke Eropa
dan sisanya diekspor ke Amerika
Serikat. Hanya lima persen pabrik
tekstil di Bangladesh yang dimiliki
oleh investor asing, itupun proses
produksinya sebagan besar dikontrol
oleh investor lokal.
Industri TPT Tanah Air
tak Kompetitif
Lantas bagaimana kondisi
industri TPT di Tanah Air. Tak
berbeda dengan dua negara yang
telah digambarkan sebelumnya, di
dalam negeri industri TPT tercatat
sebagai industri penyedia lapangan
kerja yang cukup besar di Indonesia,
terutama pakaian jadi (garmen).
Tenaga kerja yang terserap oleh
industri skala besar dan menengah
pada tahun 2012 mencapai 1,53 juta
orang di sektor TPT, dan 520.000
orang pada sektor pakaian jadi
(garmen).
Sementara industri garmen
merupakan salah satu penyumbang
devisa ekspor tertinggi. Nilai ekspor
dalam kurun waktu lima tahun
terakhir selalu mencapai US$ 6
miliar. Pada tahun 2012, nilai ekspor
industri garmen mencapai US$ 7
,18
miliar atau 57
,65% dari total ekspor
TPT nasional. Dari gambaran di
atas, mencerminkan bahwa industri
TPT, khususnya industri pakaian
jadi masih merupakan salah satu
penggerak utama bagi perekonomian
nasional.
Namun demikian industri tekstil
nasional terancam bakal kalah
bersaing dengan negara-negara
ASEAN dalam penyelenggaraan
ASEAN Economic Community (AEC)
pada 2015 mendatang. Tekanan
dari internal industri dalam negeri
sendiri serta dari industri tekstil