Industry edisi agustus 2013 | Page 14

COVERSTORY Industri TPT Terganjal Stigma pekerja di seluruh dunia. Sektor ini juga merupakan sumber yang cukup besar bagi tenaga kerja formal di dunia (negara) berkembang. Maka tak salah jika lembaga dunia ini menyebut sektor tekstil, garmen termasuk alas sepatu mampu menawarkan potensi yang sangat besar, dan mampu berkontribusi secara signifikan pada pengembangan perekonomian. Memandang sektor tekstil sebagai sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, pemerintah India sampai harus membentuk satu kementerian khusus yakni Kementerian Tekstil yang menangani sektor tekstil dan garmen. Perlu diketahui, berdasarkan data dari World Trade Organization (WTO) tahun 2010 di pasar ekspor pakaian global, India menduduki posisi enam besar eksportir paling masif di dunia. Di atasnya ‘nangkring’ negaranegara kompetitornya yakni Turki, Bangladesh, Hongkong, Uni Eropa dan Cina di posisi teratas. Sementara di pasar tekstil dunia, India menempati posisi ketiga terbesar sebagai negara pengekspor di bawah Uni Eropa dan Cina. Industri tekstil India memainkan peranan penting pada output industri, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan dari ekspor. Sektor ini berkontribusi sekitar 14% pada produksi industri, lalu sebesar 4% bagi Pertumbuhan Domestik Bruto-nya (PDB), serta berkontribusi sebesar 11% bagi pendapatan ekspor negara. Sektor ini tercatat sebagai sektor terbesar kedua yang mampu menyerap tenaga kerja di India, setelah sektor pertanian. Untuk itu, Kementerian Tekstil di India bertanggung jawab untuk memformulasikan kebijakan, rencana, pengembangan, promosi ekspor dan memformulasikan regulasi perdagangan bagi industri tekstil, sehingga industri ini tetap hidup dan berkesinambungan. Bahkan pemerintah India kini 14 INDONESIAN INDUSTRY AGUSTUS 2013 tengah merancang sebuah Kawasan Tekstil Terintegrasi (Scheme for Integrated Textile Parks/SITP), yang pembentukannya telah disetujui dan dimasukkan dalam ‘Pelita ke-10’ yang akan menyediakan industri tekstil sebuah fasilitas dan infrastuktur industri kelas dunia. Dengan adanya Kawasan Tekstil Terintegrasi ini di India, diharapkan sektor industri tekstil dan garmen setempat akan bisa merajai di pasar dunia. Tenaga kerja yang terserap tahun 2012 mencapai 1,53 juta orang di sektor TPT, dan 520.000 orang pada sektor pakaian jadi. Kementerian khusus yang membawahi industri tekstil juga dibentuk di Bangladesh, mengingat begitu strategisnya industri ini bagi negara tersebut. Sekadar pengetahuan saja, industri tekstil dan produk tekstil di Bangladesh menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi yang bergerak cepat. Pada tahun 2002, angka ekspor tekstil, kain dan pakaian dari Bangladesh memberikan kontribusi sebesar 77% bagi total ekspor. Dan memasuki tahun 2013, sekitar empat juta orang yang sebagian besar adalah wanita, bekerja di industri yang mencatatkan angka penjualan hingga US$ 19 juta per tahun tersebut. Saat ini angka penjualan TPT Bangladesh disebut-sebut mencapai US$ 20 juta. Di Bangladesh bahkan berdiri belasan perguruan tinggi yang fokus mengajarkan kurikulum industri pertekstilan. Yang terbesar adalah Bangladesh University of Textiles (BUTex) yang merupakan satu-satunya kampus yang khusus mengajarkan teknik pertekstilan di Bangladesh. Kontrak ekspor TPT Bangladesh sebanyak 60% dipasarkan ke Eropa dan sisanya diekspor ke Amerika Serikat. Hanya lima persen pabrik tekstil di Bangladesh yang dimiliki oleh investor asing, itupun proses produksinya sebagan besar dikontrol oleh investor lokal. Industri TPT Tanah Air tak Kompetitif Lantas bagaimana kondisi industri TPT di Tanah Air. Tak berbeda dengan dua negara yang telah digambarkan sebelumnya, di dalam negeri industri TPT tercatat sebagai industri penyedia lapangan kerja yang cukup besar di Indonesia, terutama pakaian jadi (garmen). Tenaga kerja yang terserap oleh industri skala besar dan menengah pada tahun 2012 mencapai 1,53 juta orang di sektor TPT, dan 520.000 orang pada sektor pakaian jadi (garmen). Sementara industri garmen merupakan salah satu penyumbang devisa ekspor tertinggi. Nilai ekspor dalam kurun waktu lima tahun terakhir selalu mencapai US$ 6 miliar. Pada tahun 2012, nilai ekspor industri garmen mencapai US$ 7 ,18 miliar atau 57 ,65% dari total ekspor TPT nasional. Dari gambaran di atas, mencerminkan bahwa industri TPT, khususnya industri pakaian jadi masih merupakan salah satu penggerak utama bagi perekonomian nasional. Namun demikian industri tekstil nasional terancam bakal kalah bersaing dengan negara-negara ASEAN dalam penyelenggaraan ASEAN Economic Community (AEC) pada 2015 mendatang. Tekanan dari internal industri dalam negeri sendiri serta dari industri tekstil