Indonesian Lantern March 2014 | Page 19

Indonesian Lantern Magazine− 19 art SIang Siang KWA Selain membaca, menggambar sudah menjadi kegiatan saya semenjak kecil. S aya dilahirkan dan berpindah lokasi ke Philadelphia, tanpa warna, saya mencoba untuk terinspirasi dan merasa dibesarkan di Surabaya, dan pada tahun kira kira 2006, berkarya dengan objek yang ber- ‘dirumah’. Untuk informasi Indonesia. Objek wajah rindu saya pada kehidupan dan bau Asia Tenggara, seperti Bunga detailnya, bisa lihat blog saya di dan figure manusia keluarga di Indonesia sudah tidak Kamboja, bamboo atau canting! www.batiktrader.com. Saya juga selalu keluar secara otomatis dari bias ditangkis. Secara otomatis, tangan saya setiap saya memulai kertas-kertas dan kanvas-kanvas Beberapa pameran kecil-kecilan Indonesia di Amerika untuk se- menggambar sejak kecil. Ketika putih menjadi sasaran saya ke- sudah saya ikuti selama ini dan lalu berkomunikasi dan member sudah waktunya, orang tua saya tika sudah sekian lama gamba- semua ini mengobati kerinduan inspirasi untuk satu dengan yang mengirim saya untuk belajar di ran-gambaran itu ada di dalam saya akan Indonesia. Begitu pula lain, moga-moga khayalan saya Australia dibidang desain. Saya pikiran saya sendiri. Akhirnya ketika saya berinteraksi dengan untuk diadakannya karya-karya memulai di Visual Art of Com- lahir lah koleksi pertama saya 13 kegiatan atau perkumpulan seni Indonesia di Amerika bakal munication untuk mendapatkan wanita Indonesia yang meng- dimana Komunitas Indonesia terwujud. Salam sejahtera buat sertifikat supaya bias diteruskan di gambarkan aktivitas tradisional berada. Saya merasa ini semua para pembaca Indonesian bidang Desain Mode atau bahasa wanita Indonesia dari berbagai adalah ‘elemen-elemen’ yang Latern! Inggrisnya, ‘Fashion’. Setelah ber- pulau-pulau. Tidak merasa cukup sudah pastinya saya butuhkan tahun tahun bekerja di Surabaya, Jakarta dan Bali, saya hijrah ke Amerika, dan saya menyadari betapa eksotik, dalam, unik dan beragam kultur Indonesia. Dimulai dari hidup di Berkeley, California, setiap minggu saya menghadiri ‘drop-in’ class untuk menggambar figure manusia dengan model professional. Luar biasa berbakatnya para pelukis itu dengan karya spontanitasnya di ruang besar itu dalam 3-4 jam sekali setiap minggu. Ketika kita berbincang dan bertukar pikiran tentang karya masing-masing, seolah olah saya berada di planet atau dunia yang saya benar-benar nikmati. Sesudah 4 tahun di California, saya menghimbau untuk para pelukis