Indonesia Traveler edisi1 | Page 12

Traveler’s Domestik Uma yang terbuat dari papa-papan tidak halus. Ruang dalam pertama adalah ruangan yang serupa bangsal panjang, biasanya digunakan untuk menjamu tamu dan merupakan tempat dilangsungkannya rapat dan upacara adat. Ruang dalam pertama ini kemudian dipisahkan dengan ruang dalam kedua dengan sekat kayu. Di ruangan ini nterdapat perapian sebagai tempat memasak, bejana-bejana untuk keperluan upacara memohon keberhasilan dalam berburu. Ruangan ini biasanya juga digunakan sebagai tempat tidur keluarga. Di antara perapian dan dinding belakang bangsal, terdapat lorong tengah yang merupakan tempat untuk menari. Lantai pada bagian lorong tengah terbuat dari papan lebar yang diserut sampai halus. Permukaan halus ini tentu baik bagi kaki penari, terlebih lagi lantai kayu dapat sekaligus menghasilkan instrumen musik pengiring tarian. Lantai beranda biasanya terbuat dari papan, sementara lantai ruangan tidur dan dapur dari belahan kayu pohon kelapa yang dipasang jarang-jarang. Tinggi lantai sekitar 1 meter dari tanah. Kontur tanah yang tidak rata sebagai basis rumah disiasati dengan ketinggian tiang-tiang penopang yang disesuaikan sehingga dapat mendirikan rumah yang kokoh dan stabil. Kolong bawah rumah dijadikan sebagai kandang babi. 18 2014 Edisi 1 Keunikan lain dari uma adalah terdapat pajangan tengkorak binatang di dekat atap pintu masuk ruang utama. Tengkorak yang digantung tersebut adalah tengkorak babi yang dipercaya dapat mengundang rezeki atau hasil buruan yang lebih lagi. Selain itu, banyaknya tengkorak dapat menandakan jumlah pesta yang telah digelar di uma tersebut. Selain uma, terdapat jenis rumah lain bagi suku Mentawai, yaitu lalep dan rusuk. Lalep adalah rumah tinggal bagi suami istri yang sudah menikah secara adat yang sah; biasanya lalep adalah bagian dari uma. Sementara rusuk adalah bangunan khusus yang dibangun bagi anakanak muda, para janda, dan mereka yang terusir dari kampung. Dengan segala keunikan, kesederhanaan, dan kearifan sebuah rumah adat, sungguh sangat disayangkan keberadaan uma kini semakin terancam. Uma sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat suku Mentawai yang kini tersentuh oleh modernitas. Mereka kini cenderung membangun rumah konstruksi beton. Ritual mendirikan uma yang biasanya harus disertai pesta dan upacara yang tidak murah juga menjadi salah satu alasan makin berkurangnya keluarga yang mendirikan uma.  Selain itu, kebijakan pemerintah untuk melakukan relokasi masyarakat suku Mentawai di pedalaman juga menjadi penyebab lain berkurangnya jumlah uma.