Traveler’s Domestik
Uma
yang terbuat dari papa-papan tidak halus.
Ruang dalam pertama adalah ruangan
yang serupa bangsal panjang, biasanya
digunakan untuk menjamu tamu dan
merupakan tempat dilangsungkannya
rapat dan upacara adat. Ruang dalam
pertama ini kemudian dipisahkan dengan
ruang dalam kedua dengan sekat kayu. Di
ruangan ini nterdapat perapian sebagai
tempat memasak, bejana-bejana untuk
keperluan upacara memohon keberhasilan dalam berburu. Ruangan ini biasanya
juga digunakan sebagai tempat tidur keluarga.
Di antara perapian dan dinding belakang bangsal, terdapat lorong tengah
yang merupakan tempat untuk menari.
Lantai pada bagian lorong tengah terbuat
dari papan lebar yang diserut sampai halus. Permukaan halus ini tentu baik bagi
kaki penari, terlebih lagi lantai kayu dapat
sekaligus menghasilkan instrumen musik
pengiring tarian.
Lantai beranda biasanya terbuat dari
papan, sementara lantai ruangan tidur
dan dapur dari belahan kayu pohon kelapa yang dipasang jarang-jarang. Tinggi
lantai sekitar 1 meter dari tanah. Kontur
tanah yang tidak rata sebagai basis rumah
disiasati dengan ketinggian tiang-tiang
penopang yang disesuaikan sehingga
dapat mendirikan rumah yang kokoh dan
stabil. Kolong bawah rumah dijadikan sebagai kandang babi.
18
2014 Edisi 1
Keunikan lain dari uma adalah terdapat
pajangan tengkorak binatang di dekat
atap pintu masuk ruang utama. Tengkorak yang digantung tersebut adalah
tengkorak babi yang dipercaya dapat mengundang rezeki atau hasil buruan yang
lebih lagi. Selain itu, banyaknya tengkorak
dapat menandakan jumlah pesta yang
telah digelar di uma tersebut.
Selain uma, terdapat jenis rumah lain
bagi suku Mentawai, yaitu lalep dan rusuk. Lalep adalah rumah tinggal bagi suami istri yang sudah menikah secara adat
yang sah; biasanya lalep adalah bagian
dari uma. Sementara rusuk adalah bangunan khusus yang dibangun bagi anakanak muda, para janda, dan mereka yang
terusir dari kampung.
Dengan segala keunikan, kesederhanaan, dan kearifan sebuah rumah adat,
sungguh sangat disayangkan keberadaan
uma kini semakin terancam. Uma sudah
mulai ditinggalkan oleh masyarakat suku
Mentawai yang kini tersentuh oleh modernitas. Mereka kini cenderung membangun rumah konstruksi beton. Ritual
mendirikan uma yang biasanya harus
disertai pesta dan upacara yang tidak murah juga menjadi salah satu alasan makin
berkurangnya keluarga yang mendirikan
uma. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk melakukan relokasi masyarakat suku
Mentawai di pedalaman juga menjadi
penyebab lain berkurangnya jumlah uma.