keturunan ayah. Kaum perempuan
atau istri biasanya berasal dari Uma
yang lain.
Sebagai rumah adat, Uma
memiliki
kearifan
tradisional,
kontruksinya hampir seluruhnya
terbuat dari kayu dan berbentuk panggung. Terdapat batangbatang kayu yang menjadi inti atau
penopang utama sebuah uma.
Sedangkan pondasi rumah menggunakan batu karang yang memang lebih mudah didapatkan di
Mentawai dibandingkan batu kali.
Tiang pancang utama ini berkaitan
dengan legenda yang dipercaya
suku Mentawai mengenai dewa
gempa yang disebut sebagai Teteu
Ka Baga. Hal ini berkaitan dengan
kondisi alam Mentawai yang rawan
bencana terutama gempa.
Uma biasanya dibangun menggunakan lima jenis kayu, yaitu meranti putih, rotan, bambu, gaharu,
dan pohon enau. Adapun untuk
atapnya, digunakan atap rumbia
yang terbuat dari daun sagu, atap
ini dapat bertahan puluhan tahun.
Kontruksi bangunan Uma dibangun tanpa menggunakan paku
melainkan menggunakan pasak
kayu, memakai teknik ikat, tusuk,
dan sambung. Sambungan pangku
dan sambungan takik. Uma tidak
memiliki pintu, bagian depan berupa serambi terbuka yang merupakan tempat untuk berkumpul,
mengobrol, dan menerima tamu
siang hari. Di malam hari, serambi
ini berubah fungsi menjadi ruang
tidur para pria. Selain itu, disisi depan rumah terdapat panggung
2014 Edisi 1
17