MAGZ
www.investingbox.co.id
SPOTLIGHT
“
NEWS-LIFESTYLE-EVENT
Secara Historis dari dulu
pertumbuhan kredit di china
selalu rendah dan makin
melambat tajam selama bulan
Oktober yang hanya mencapai
548 Milliar Yuan, terendah
ketiga sejak 2012.
ditambah lagi dengan Ekonomi Amerika Serikat yang saat ini masih
membutuhkan waktu untuk pulih kembali juga menjadi faktor
berkurangnya permintaan barang produksi China.
Faktor kedua adalah terlalu berkuasanya BUMN di China. Seperti
diberitakan dalam The Economist Edisi Oktober 2012, BUMN di China
menguasai sepertiga sampai setengah dari kegiatan perekonomian di
negeri Tirai bambu tersebut. Ditambah lagi dengan tidak Kooperatifnya
Bank besar di China terhadap para pelaku bisnis kecil dan faktor lain
didalam negeri China sendiri yang cukup menjadi perhatian adalah BUMN
di China kerap mendapatkan berbagai keuntungan yang tidak adil bila
dibandingkan dengan perusahaan Swasta seperti kucuran dana pinjaman
yang mudah dari Pemerintah, potongan pajak, dan subsidi . Bahkan subsidi
yang diberikan terhadap BUMN di China bisa mencapai $640 Milliar sejak
tahun 2001 – 2009.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah China terus mengambil
langkah langkah yang dapat mempertahankan pertumbuhan
ekonominya.Salah satunya adalah pemangkasan suku bunga dan ini
pertama kalinya dalam 2 tahun,rate acuan dipangkas sebesar 40 bps
menjadi 5.6% dan bunga simpanan sebesar 25 bps menjadi 2.75%.
Namun langkah tersebut juga diragukan karena bisa berdampak
banyak pada Ekonomi,salah satunya pertumbuhan kredit. Kalau kita
melihat secara Historis dari dulu pertumbuhan kredit di china selalu rendah
dan makin melambat tajam selama bulan Oktober yang hanya mencapai
548 Milliar Yuan, terendah ketiga sejak 2012.
Melihat kebijakan yg diambil oleh pemerintah China saat ini, skenario
saya memperkirakan perlambatan ekonomi China akan lebih besar di tahun
2015 dari tahun 2014 sekarang tetapi saya masih berharap Ekonomi China
bisa segera bangkit kembali dan itu juga akan membantu pertumbuhan
Ekonomi Indonesia yang saat ini juga mengalami perlambatan.
“
Deddy Yusuf Siregar, SE
Market Strategist and Analyst
PT. Fasting Futures
INBOX MAGAZINE
EDISI V DESEMBER 2014
7