Heritage Of Indonesia Volume 1 | Page 3

Keraton Yogyakarta

3

Di samping kompleks makam, kita juga bisa mendapati tempat pemandian. Ada pemandian khusus pria dan wanita. Konon, air untuk pemandian pria diperoleh dari sumber di dalam kompleks makam. Sementara, air untuk pemandian wanita, diperoleh dari sumber pohon beringin di depan gerbang utama. Konon, pohon beringin ini ditanam langsung oleh Sunan Kalijaga dan telah berusia lebih dari 500 tahun. Sangat besar dengan ketinggian lebih dari 30 meter, seakan menjadi penjaga kompleks makam kotagede. Di dalam kompleks pemandian ini, terdapat hal unik bagi masyarakat awam. proses kirab: Kirab (karnaval) biasa iadakan sekitar bulan April dan Mei sesuai apat para abdi dalem keraton Yogya dan Solo.isinya, ritual doa-doa dengan gulungan lalu tempat mandi (kolam) yang ada di Sendang Seliran Lanang dan Sendang Seliran Wadhon dikuras, upacara ini dilakukan setahun sekali.

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.

Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.