TOPIK TERKINI
Penerapan Green Hospital
demi Kelestarian Lingkungan
Kampanye atau gerakan Green Hospital sebenarnya bukanlah hal yang baru di
dunia layanan kesehatan (healthcare). Gerakan ini adalah bagian dari gerakan
global, Green Building yang mulai berkembang pada 1970 di Amerika Serikat.
Ketika itu, sekelompok pemerhati lingkungan
hidup di negeri Paman Sam prihatin akan
perubahan
kondisi
lingkungan
yang
disebabkan oleh kontribusi negatif bangunan
terhadap lingkungan, seperti pembuangan
limbah, konsumsi energi listrik, konsumsi
air dan emisi jejak karbon (gas rumah kaca)
yang pada akhirnya menimbulkan kondisi
pemanasan global.
Tidak dapat dipungkiri bahwa rumah sakit,
sebagai sebuah gedung yang beroperasi selama
24 jam dan tujuh hari seminggu, mengkonsumsi
energi lebih besar dari gedung komersil lainnya
untuk menjalankan berbagai jenis peralatan dan
infrastruktur. Energi yang digunakan terutama
meliputi gas, air, dan listrik. Semua aktivitas itu
berdampak pada pelepasan gas buang (emisi
CO2) di udara.
Tak hanya itu, rumah sakit pun menghasilkan
bermacam buangan berbentuk cair dan padat
yang berasal dari kegiatan medis maupun
nonmedis. Hasil buangan ini akan berdampak
terhadap kesehatan pasien, pengunjung,
masyarakat sekitar rumah sakit, petugas yang
menangani secara langsung, bahkan pada
lingkungan alam sekitar.
Green Hospital adalah solusi yang terus
digaungkan rumah sakit demi terciptanya
lingkungan hidup yang sehat dan asri. Konsep
green diinterprestasikan sebagai tindakan
yang berkelanjutan (sustainable), ramah
lingkungan (earth-friendly), dan bangunan
dengan performa tinggi (high performance
building). Konsep ini juga diaplikasikan pada
pembatasan penggunaan energi (misal listrik
dan air) dan pemaksimalan penerapan energi
terbarukan seperti energi matahari, air, serta
pengolahan limbah, mulai dari pemisahan
jenis limbah, kemudian ruang penampungan
limbah, hingga bekerjasama dengan pihak
ketiga dalam hal pemusnahan limbah.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pihak
rumah sakit mendukung terwujudnya green
hospital di antaranya, keran tekan pada wastafel,
perangkat sensor yang akan memadamkan
listrik jika teridentifikasi tidak ada kegiatan dalam
ruangan, cat tembok yang ramah lingkungan,
pembuatan biopori dalam taman-taman rumah
sakit, pemanfaatan dinding kaca pada ruangan
tertentu guna mendapatkan sinar matahari
yang maksimal.
Pembuatan terrace garden, vertical garden,
maupun roof garden tidak saja menambah
keindahan bangunan rumah sakit tetapi
sekaligus sebagai filter yang menyaring udara
yang terkontaminasi polusi. Kebutuhan akan
air bagi tanaman-tanaman yang ada di sekitar
taman rumah sakit dapat dipenuhi dengan
pemanfaatan air hujan atau air limbah yang
sudah lebih dulu dinetralisir dan disimpan
dalam bak besar di bawah tanah.
Beberapa rumah sakit juga menerapkan
budidaya tanaman hidroponik yang hasilnya bisa
dimanfaatkan untuk dijual, baik kepada karyawan
rumah sakit atau pengunjung yang berminat
membeli. Masih banyak contoh lain yang bisa
diterapkan guna mewujudkan green hospital.
Konsep green hospital juga diharapkan mampu
memberi kenyamanan bukan hanya bagi
pasien tetapi juga untuk para pengunjung
dan keluarganya. Pembangunan area bermain
anak juga perlu diperhatikan demi menghindari
mereka dari penyebaran virus dan bakteri saat
menunggu keluarganya menjenguk pasien.
Inti dari penerapan green hospital dapat
disimpulkan menjadi empat poin utama, yaitu
efisiensi energi dan air, manajemen pengolahan
limbah dan B3, manajemen gedung yang
ramah lingkungan, dan pelestarian lingkungan.
Pada akhirnya, seluruh desain infrastruktur
yang telah dan akan diterapkan menjadi
sia-sia jika tidak didukung oleh sikap cinta
lingkungan dari mereka yang bekerja atau
berkunjung ke rumah sakit. Sikap ini perlu
terus dikembangkan dan diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Rumah sakit diharapkan
secara berkelanjutan mampu mengedukasi
masyarakat mengenai pentingnya kelestarian
lingkungan lewat brosur, poster, atau signs
yang dipasang di seputar rumah sakit.
Vol. 3 - No. 11 | November 2018 | GREAT ISS
21