Great ISS November 2017 | Page 11

PROFIL GOLDEN HEART AWARD Sekilas, sekolah yang terletak di pusat kota Jakarta itu, tampak bagai gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Tak terdengar keriuhan suara anak-anak, tak terlihat juga mading-mading serta poster kegiatan ekstra kurikuler seperti layaknya pemandangan umum sebuah sekolah. Namun saat tiba di lantai tiga, tampaklah keseruan aktivitas anak-anak secara jelas. “Di sini kami bertanggungjawab atas kebersihan seluruh kelas, laboratorium, ruang staf, toilet, hingga ruang perpustakaan,” ujar Wiwiek Rahayu seorang Team Leader Cleaning Service yang bertugas di Sekolah Kristen Calvin, Menara Calvin, Kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Sebagai seorang Team Leader yang berwenang mengawasi kebersihan dan kerapihan di tujuh lantai dari 25 lantai Menara Calvin tersebut, pastilah Wiwiek alami banyak suka duka, termasuk beberapa kejadian kehilangan barang. “Di sini paling banyak kami temukan barang-barang mulai dari tempat makan, dompet, handphone, sampai jam tangan,” jelas ibu yang acap kali menghabiskan waktu libur dengan memasak makanan kesukaan anak dan suaminya – soto ayam dan nasi goreng. Wanita kelahiran Cirebon 34 tahun silam ini menguraikan bagaimana sebuah kisah penemuan barang tertinggal. “Saat sedang membersihkan toilet di lantai 5, saya melihat ada handphone tertinggal dalam kondisi nyala. Mungkin si pemilik ponsel itu terburu- buru pulang, usai merampungkan kegiatan ekskul-nya,” ujar Wiwiek mengawali kisah. “Segera saya bergegas menyerahkan handphone tersebut ke salah seorang guru. Selang lima menit kemudian, seorang murid datang ke saya menanyakan hape-nya. Lalu saya tanya dulu merek, warna, serta kode PIN-nya untuk membuka HP,” jelas Wiwiek untuk memastikan pemilik yang sebenarnya. Ternyata semua cocok dan Wiwiek mengantarkan si murid ke guru yang memegang handphone tersebut. Buah kejujuran tersebut mendapat apresiasi dari orangtua si murid. “Ibu anak itu sangat berterima kasih ke saya, itu sudah cukup,” ujar wanita berkacamata yang telah 15 tahun mengabdikan diri di ISS Indonesia. “Saya merasa harus mengembalikan ke pemiliknya, karena itu kan HP buat komunikasi dengan orangtuanya” tegas Wiwiek saat menjawab alasan mengembalikan barang temuannya. Menemukan barang-barang berharga menjadi semacam hal yang biasa bagi Wiwiek dan timnya di area ini. Disaat itulah integritas mereka semakin diuji dan terus diasah, hingga melahirkan kepercayaan dari pihak klien