Great ISS Mei 2018 | Page 8

TOPIK TERKINI Vocational Training Jawaban Terhadap Kebutuhan Tenaga Siap Pakai Great People, masih ingat pertanyaan apa yang paling sering kita terima ketika kanak-kanak? Cita-citamu apa? Itu salah satunya, dan banyak dari kita akan menjawab, mau jadi dokter, insinyur, polisi, pilot atau guru. Fakta apa yang kita hadapi saat ini? Banyak para sarjana yang tidak bisa bekerja di bidang yang diminatinya semula ketika berada di bangku kuliah. Lalu muncul pertanyaan, apa yang salah dengan kurikulum pendidikan kita? Lalu muncul paradoks sulitnya mencari pekerjaan saat ini. Kita perlu menyadari bahwa selama ini tengah terjadi apa yang disebut ketidaksesuaian (mismatch) antara kebutuhan industri atau dunia kerja dengan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan perguruan tinggi atau sekolah-sekolah kejuruan. Dunia industri tidak bisa mendapatkan pasokan tenaga kerja terampil dengan mudah dari pasar tenaga kerja Indonesia. Faktanya, banyak tenaga kerja tidak terampil, baik dari jenjang pendidikan rendah maupun tinggi. Kondisi ini menyulitkan industri kita untuk melangkah maju menuju industri yang sarat teknologi. Dunia industri menghadapi tantangan keterbatasan ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, selain pada aspek kebijakan industri itu sendiri. Vocational Training Lalu apa yang dilakukan pemerintah sebagai pemegang kebijakan tertinggi pendidikan di Tanah Air? Vocational training atau pelatihan kejuruan – adalah istilah yang marak kita dengar beberapa tahun belakangan ini. Jika melihat definisi menurut Wikipedia maka vocational training adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Untuk mewujudkan cita-cita besar ini, tentunya diperlukan kerja sama yang erat antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Para lulusan pendidikan vokasi pun diberi kesempatan untuk bisa diterima bekerja di industri-industri yang ada, karena mereka adalah pekerja terampil yang siap terjun di industri sesuai dengan keahliannya. Persepsi bahwa pendidikan vokasi adalah model pendidikan kelas dua setelah perguruan tinggi 8 Vol. 3 - No. 09 | Mei 2018 | GREAT ISS atau akademi pun perlu diubah. Gelar akademis masih menempati posisi utama dalam upaya masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan ketimbang ijazah pendidikan vokasi. Untuk mewujudkan cita-cita besar ini, tentunya diperlukan kerjasama yang erat antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Sejumlah pelaku usaha dalam negeri menyambut antusias program pendidikan vokasi yang diusung oleh Kementerian Perindustrian melalui konsep link and match dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebutlah diantaranya PT Djarum, PT Astra Honda Motor (AHM), PT Evercross Technology Indonesia, dan PT Sido Muncul dengan memberikan alat-alat untuk praktik kerja siswa. Selayaknyalah pelatihan kejuruan menjadi jawaban atas minimnya tenaga kerja yang ahli dibidangnya. Program ini juga diharapkan mampu menjawab kekhawatiran akan masuknya tenaga kerja asing yang bekerja di bidang-bidang yang tidak terlalu memerlukan skill tinggi. Maju terus anak bangsa dan siap menjadi tuan rumah atas industri dan lapangan kerja di Tanah Air.