TOPIK TERKINI
Vocational Training
Jawaban Terhadap Kebutuhan
Tenaga Siap Pakai
Great People, masih ingat pertanyaan apa yang paling sering kita terima
ketika kanak-kanak? Cita-citamu apa? Itu salah satunya, dan banyak dari
kita akan menjawab, mau jadi dokter, insinyur, polisi, pilot atau guru.
Fakta apa yang kita hadapi saat ini? Banyak para
sarjana yang tidak bisa bekerja di bidang yang
diminatinya semula ketika berada di bangku
kuliah. Lalu muncul pertanyaan, apa yang salah
dengan kurikulum pendidikan kita? Lalu muncul
paradoks sulitnya mencari pekerjaan saat ini.
Kita perlu menyadari bahwa selama ini tengah
terjadi apa yang disebut ketidaksesuaian
(mismatch) antara kebutuhan industri atau dunia
kerja dengan kualitas sumber daya manusia yang
dihasilkan perguruan tinggi atau sekolah-sekolah
kejuruan. Dunia industri tidak bisa mendapatkan
pasokan tenaga kerja terampil dengan mudah
dari pasar tenaga kerja Indonesia. Faktanya,
banyak tenaga kerja tidak terampil, baik dari
jenjang pendidikan rendah maupun tinggi.
Kondisi ini menyulitkan industri kita untuk
melangkah maju menuju industri yang sarat
teknologi. Dunia industri menghadapi tantangan
keterbatasan ketersediaan sumber daya manusia
yang berkualitas, selain pada aspek kebijakan
industri itu sendiri.
Vocational Training
Lalu apa yang dilakukan pemerintah sebagai
pemegang kebijakan tertinggi pendidikan di
Tanah Air? Vocational training atau pelatihan
kejuruan – adalah istilah yang marak kita
dengar beberapa tahun belakangan ini. Jika
melihat definisi menurut Wikipedia maka
vocational training adalah keseluruhan kegiatan
untuk memberi, memperoleh, meningkatkan,
serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada
tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai
dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau
pekerjaan.
Untuk mewujudkan cita-cita besar ini, tentunya
diperlukan kerja sama yang erat antara dunia
pendidikan dengan dunia industri. Para lulusan
pendidikan vokasi pun diberi kesempatan untuk
bisa diterima bekerja di industri-industri yang ada,
karena mereka adalah pekerja terampil yang siap
terjun di industri sesuai dengan keahliannya.
Persepsi bahwa pendidikan vokasi adalah model
pendidikan kelas dua setelah perguruan tinggi
8
Vol. 3 - No. 09 | Mei 2018 | GREAT ISS
atau akademi pun perlu diubah. Gelar akademis
masih menempati posisi utama dalam upaya
masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan
ketimbang ijazah pendidikan vokasi.
Untuk mewujudkan cita-cita besar
ini, tentunya diperlukan kerjasama
yang erat antara dunia pendidikan
dengan dunia industri.
Sejumlah pelaku usaha dalam negeri menyambut
antusias program pendidikan vokasi yang diusung
oleh Kementerian Perindustrian melalui konsep
link and match dengan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). Sebutlah diantaranya PT Djarum,
PT Astra Honda Motor (AHM), PT Evercross
Technology Indonesia, dan PT Sido Muncul
dengan memberikan alat-alat untuk praktik kerja
siswa.
Selayaknyalah pelatihan kejuruan menjadi
jawaban atas minimnya tenaga kerja yang
ahli dibidangnya. Program ini juga diharapkan
mampu menjawab kekhawatiran akan masuknya
tenaga kerja asing yang bekerja di bidang-bidang
yang tidak terlalu memerlukan skill tinggi.
Maju terus anak bangsa dan siap menjadi tuan
rumah atas industri dan lapangan kerja di Tanah
Air.