Great ISS Mei 2017 | Page 23

ISS SCHOOL OF LIFE selalu berbagi dan mau menjadi konsultan dari setiap masalah orang lain. Tak jarang, hal ini menjadikan dirinya harus mengambil tanggungjawab yang bukan miliknya. Semisal, menjadi pembimbing ataupun pelaksana dari proyek kantor yang di luar scope of work-nya. Berkat ketulusannya mendengarkan dan selalu berusaha memberikan solusi kepada “Pada saat saya mengalami kesulitan, saya berdoa agar ada orang lain yang bisa membantu saya, tapi itu gak pernah terjadi. Makanya saya gak pernah mau orang lain merasakan yang sama,” Yohanes Jeffry Yohanes Jeffry TAK KENAL LELAH UNTUK BERBAGI “Koran…koran…,” teriak suara anak laki- laki di pagi hari. Ya, begitulah aktivitas yang dijalani Yohanes Jeffry saat kelas 1 SD. Siapa sangka, pria yang saat ini menjabat VP Finance and Controlling dan ad interim Corporate Communication harus berjualan koran di masa kanak-kanak untuk membantu perekonomian keluarga. Tak hanya itu, ia juga berjualan kue masakan ibunya hingga malam. “Prinsip saya, jangan sampai kue itu sisa, nanti terbuang, saya harus jual kue itu sampai habis. Biasanya hingga jam 7 malam dengan door to door, apabila kue yang saya titipkan di cafeteria ga habis,” ucap Jeffry. Perjuangan Jeffry tidak berhenti disana, ia pun sempat menjadi penjaga wartel (warung telepon) setelah pulang sekolah. Kendati begitu, kesibukan membantu ibunya mencari uang tidak membuat dirinya malas di sekolah. Justru sebaliknya, pria penggemar Robin Williams ini selalu mendapatkan peringkat 3 besar di sekolah. Bahkan, ia membuka kelas les matematika, fisika, dan kimia di rumahnya untuk berbagi ilmu bersama 20 orang teman sekolah. “Saya dipanggil shifu/guru oleh teman-teman,” tutur pria penyuka pagelaran seni ini. Jeffry awalnya bercita-cita menjadi dokter, namun ia terpaksa menelan keinginannya lantaran harus mengurus keluarga sejak kepergiaan sang ayah. “Karena harus ada orang yang ambil ekonomi keluarga, apalagi kuliah kedokteran masa kuliahnya lama, sementara saya punya dua adik,” paparnya. Walaupun, tidak menjadi dokter, Jeffry tetap bertekad untuk selalu bisa menyembuhkan atau menolong orang lain. “Pada saat saya mengalami kesulitan, saya berdoa agar ada orang lain yang bisa membantu saya, tapi itu gak pernah terjadi. Makanya saya gak pernah mau orang lain merasakan yang sama,” tukas Jeffry. Sebab itu, sebisa mungkin ia orang lain yang bahkan bukan bagian dari pekerjaanya, kini ia mendapat julukan sebagai ‘walking dictionary’. Jeffry pun memiliki kiat tersendiri agar selalu bermanfaat dan memiliki jawaban apabila ada orang lain yang bertanya pada dirinya. “Harus tau lebih banyak, belajar lebih banyak dan bertindak lebih banyak dari orang lain,” tutur Jeffry sambil tersenyum. Yang tidak kalah penting adalah berbicara menggunakan hati, lanjutnya. Buah ketulusan itu pun menghasilkan penghargaan Puntadewa di malam Great Award 2017 untuk Jeffry. Penghargaan tertinggi di ISS Indonesia untuk Jeffry karena ia berhasil melakukan beberapa transformasi di organisasi, seperti restrukturisasi catering services,migrasi Navision yang tercepat sepanjang sejarah ISS, menjadi wakil Asia Pasific dalam Global Finance Process Project dan reformasi acara The Best Employee ke 75. Meskipun menyabet predikat Puntadewa, Jeffry tetap tampil sederhana dalam kesehariannya. “Puntadewa itu seperti raja tanpa mahkota. Tidak lagi mengenal posisi, tetapi berbagi dan menjadi role model,” tukasnya.* Vol.2 - No. 05 | Mei 2017 | GREAT ISS 23