ISS SCHOOL OF LIFE
selalu berbagi dan mau menjadi konsultan
dari setiap masalah orang lain. Tak jarang,
hal ini menjadikan dirinya harus mengambil
tanggungjawab yang bukan miliknya.
Semisal, menjadi pembimbing ataupun
pelaksana dari proyek kantor yang di luar
scope of work-nya.
Berkat ketulusannya mendengarkan dan
selalu berusaha memberikan solusi kepada
“Pada saat saya mengalami
kesulitan, saya berdoa agar ada
orang lain yang bisa membantu saya,
tapi itu gak pernah terjadi. Makanya
saya gak pernah mau orang lain
merasakan yang sama,”
Yohanes Jeffry
Yohanes Jeffry
TAK KENAL LELAH
UNTUK BERBAGI
“Koran…koran…,” teriak suara anak laki-
laki di pagi hari. Ya, begitulah aktivitas yang
dijalani Yohanes Jeffry saat kelas 1 SD.
Siapa sangka, pria yang saat ini menjabat
VP Finance and Controlling dan ad interim
Corporate Communication harus berjualan
koran di masa kanak-kanak untuk membantu
perekonomian keluarga. Tak hanya itu, ia
juga berjualan kue masakan ibunya hingga
malam. “Prinsip saya, jangan sampai kue itu
sisa, nanti terbuang, saya harus jual kue itu
sampai habis. Biasanya hingga jam 7 malam
dengan door to door, apabila kue yang saya
titipkan di cafeteria ga habis,” ucap Jeffry.
Perjuangan Jeffry tidak berhenti disana, ia
pun sempat menjadi penjaga wartel (warung
telepon) setelah pulang sekolah. Kendati
begitu, kesibukan membantu ibunya mencari
uang tidak membuat dirinya malas di sekolah.
Justru sebaliknya, pria penggemar Robin
Williams ini selalu mendapatkan peringkat 3
besar di sekolah. Bahkan, ia membuka kelas
les matematika, fisika, dan kimia di rumahnya
untuk berbagi ilmu bersama 20 orang teman
sekolah. “Saya dipanggil shifu/guru oleh
teman-teman,” tutur pria penyuka pagelaran
seni ini.
Jeffry awalnya bercita-cita menjadi dokter,
namun ia terpaksa menelan keinginannya
lantaran harus mengurus keluarga sejak
kepergiaan sang ayah. “Karena harus ada
orang yang ambil ekonomi keluarga, apalagi
kuliah kedokteran masa kuliahnya lama,
sementara saya punya dua adik,” paparnya.
Walaupun, tidak menjadi dokter, Jeffry tetap
bertekad untuk selalu bisa menyembuhkan
atau menolong orang lain. “Pada saat saya
mengalami kesulitan, saya berdoa agar ada
orang lain yang bisa membantu saya, tapi itu
gak pernah terjadi. Makanya saya gak pernah
mau orang lain merasakan yang sama,”
tukas Jeffry. Sebab itu, sebisa mungkin ia
orang lain yang bahkan bukan bagian dari
pekerjaanya, kini ia mendapat julukan sebagai
‘walking dictionary’. Jeffry pun memiliki kiat
tersendiri agar selalu bermanfaat dan memiliki
jawaban apabila ada orang lain yang bertanya
pada dirinya. “Harus tau lebih banyak, belajar
lebih banyak dan bertindak lebih banyak dari
orang lain,” tutur Jeffry sambil tersenyum.
Yang tidak kalah penting adalah berbicara
menggunakan hati, lanjutnya.
Buah ketulusan itu pun menghasilkan
penghargaan Puntadewa di malam Great
Award 2017 untuk Jeffry. Penghargaan
tertinggi di ISS Indonesia untuk Jeffry karena
ia berhasil melakukan beberapa transformasi
di organisasi, seperti restrukturisasi catering
services,migrasi Navision yang tercepat
sepanjang sejarah ISS, menjadi wakil Asia
Pasific dalam Global Finance Process Project
dan reformasi acara The Best Employee ke 75.
Meskipun menyabet predikat Puntadewa,
Jeffry tetap tampil sederhana dalam
kesehariannya. “Puntadewa itu seperti raja
tanpa mahkota. Tidak lagi mengenal posisi,
tetapi berbagi dan menjadi role model,”
tukasnya.*
Vol.2 - No. 05 | Mei 2017 | GREAT ISS
23