KUNCI UNTUK
MENCIPTAKAN
GREAT WORKPLACE EXPERIENCE
Intinya adalah ketika kita terhubung dengan orang-
orang yang ada di area tersebut secara emosional,
kita dapat mengubah tempat kerja dari hanya
sekadar tempat melakukan pekerjaan, menjadi
tempat di mana orang datang untuk sebuah
pengalaman yang berharga.
Terapkan pemikiran desain yang
berpusat pada manusia
Di dunia di mana keunggulan kompetitif tidak lagi terbatas pada perhitungan
keuntungan berbanding biaya, melainkan sudah berkembang menjadi
kemampuan untuk menarik, memotivasi dan mempertahankan top talents,
pemikiran bahwa kantor sebagai “tempat kerja” kini tidak lagi memadai.
Meski pembahasan tentang tempat kerja
merupakan suatu topik menarik, mari alihkan
fokus sesaat, membayangkan diri kita jauh dari
meja kantor dan berada di suatu restoran. Sebagian
orang menikmati waktu mereka dengan keluar
untuk makan malam. Mereka menghabiskan
cukup banyak waktu untuk memilih tempat
terbaik, khususnya ketika membawa anak. Ketika
punya kesempatan langka seperti ini, pasti kita
berharap mendapatkan pelayanan yang terbaik.
Mulai dari pelayan hingga koki yang menyajikan
hidangan untuk kita.
Namun demikian, ada juga orang yang datang
ke restoran hanya untuk membeli makanan dan
dibawa pulang untuk dimakan di rumah. Bagi
sebagian orang ini, restoran hanya menjadi tempat
pemberhentian sesaat dari keseluruhan kegiatan
malam mereka.
Bagi kebanyakan orang, restoran sekarang bukanlah
tempat di mana mereka menghabiskan sebagian
besar waktunya, melainkan di tempat kerja.
Identifikasi arketipe tempat kerja
Sama seperti restoran, tempat kerja merupakan
tempat berkumpul bagi banyak orang yang
berbeda perilaku dan kebutuhan. Meskipun banyak
perbedaan, kita juga pasti akan menemukan
beberapa kesamaan antarkelompok tertentu. Kita
bisa menyebut kelompok orang-orang dengan
pola perilaku, kebutuhan, dan preferensi yang
serupa ini dengan arketipe.
16
Vol. 4 - No. 12 | Maret 2019 | GREAT ISS
Salah satu kunci untuk menciptakan Great
Workplace Experience yaitu kemampuan
mengidentifikasi arketipe yang beragam yang ada
di tempat kerja kita. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara memetakan perilaku orang-orang yang ada
di tempat kerja tersebut dan memahami di mana
kita dapat menciptakan perbedaan terbesar secara
emosional.
Berempati
Ketika fokus untuk menciptakan Great Workplace
Experience, hal terburuk yang mungkin kita
lakukan yaitu tidak peduli dengan beragam
kebutuhan yang ada di lingkungan tempat kerja.
Berempati dengan orang-orang yang ada di area
itu, memungkinkan kita untuk memahami di mana
kita dapat membuat perbedaan terbesar dalam
keseharian mereka. Dengan begitu, kita dapat
terhubung secara emosional dengan mereka.
Untuk beberapa arketipe, cara tempat kerja
membuat perbedaan terbesar adalah dengan
membantu menyeimbangkan antara keluarga
dan kehidupan kerja. Hal ini dilakukan misalnya
dengan cara menawarkan layanan penitipan
anak, penjemputan hingga pengasuhan
anak. Bagi yang lain, kesempatan melakukan
perbedaan bisa dilakukan dengan hal sederhana,
seperti menghadirkan ruang pribadi yang bebas
gangguan. Bagi para “foodaholics”, antrean yang
pendek di kantin bisa mengubah pengalaman
mereka dari baik menjadi sempurna.
Untuk memahami employee journey dan
mendeteksi layanan spesifik mana yang perlu
kita tangani, metode Service Design akan sangat
berguna untuk diterapkan.
Berfokus pada pendekatan dengan orang-orang
yang ada di suatu area kerja, Service Design
menciptakan landasan untuk memastikan bahwa
semua bagian dari employee journey dianalisis
sesuai dengan kepribadian individu atau arketipe
yang menempati area kerja tersebut.
Individu-individu maupun arketipe ini, dengan
working journey mereka selanjutnya dan
touchpoints, mungkin memiliki preferensi layanan
dan kebutuhan yang berbeda. Sebagai metodologi,
Service Design berfungsi untuk membantu
mengidentifikasi preferensi dan kebutuhan serta
ekspektasi para karyawan versus pengalaman
karyawan yang sebenarnya (opportunity gap)
dan memungkinkan kita untuk memprioritaskan
layanan di area mana mereka menciptakan nilai
terbesar.
Bagi penyedia layanan, desain ini membantu untuk
memprioritaskan di mana area yang memerlukan
upaya ekstra dan area yang tidak perlu upaya ekstra,
sehingga kita dapat mengoptimalkan sumber daya
yang dimiliki. Desain tersebut juga membantu kita
untuk tidak terlalu service-specific, namun lebih
kepada human-centered. Semuanya bergantung
pada kemampuan untuk membangun layanan
kita di sekitar manusia daripada menyediakan
fasilitas.
Jadi, bagaimana dengan Anda? Apakah
siap mengurangi fokus pada fisik bangunan
dan lebih memperhatikan orang-orang yang
menempatinya?
(Sumber: Service Futures https://www.servicefutures.com/key-
elements-creating-great-workplace-experience)