Great ISS Agustus 2019 | Page 7

HEADLINE Dalam konteks budaya dan korporasi, perusahaan multinasional di bidang apapun akan menyesuaikan dan mengokomodir budaya masyarakat yang ada di suatu negara di mana mereka beroperasi. Sebagaimana trend korporasi tengah berkembang belakangan ini, perusahaan multinasional kian mendorong keragaman dan inklusi dalam pengoperasiannya di masing-masing negara. ISS Indonesia sebagai bagian dari perusahaan global ISS A/S asal Denmark, pada dasarnya memang memiliki budaya perusahaan yang berpegang pada nilai inti (core values) nilai ISS secara global yaitu Entrepreneurship we act, Honesty we respect, Responsibility we care, and Quality we deliver. Namun begitu, ISS Indonesia kemudian menyesuaikan nilai global ini ke dalam budaya orang Indonesia, dan mengadopsi nilai- nilai budaya asli Indonesia sebagai dasar dalam pembentukan budaya di perusahaan (corporate culture). Salah satu contoh paling sederhana adalah 5S yang merupakan singkatan dari Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan Santun. 5S menjadi hal yang sangat mendasar untuk diterapkan di lingkungan kerja ISS Indonesia, terutama para frontliners yang berhadapan langsung dengan klien dan masyarakat luas. Selain 5S, ISS Indonesia juga memiliki konsep pelayanan yang dikenal dengan Service With A Human Touch atau SWAHT. Melalui konsep SWAHT, karyawan ISS Indonesia dapat membiasakan diri untuk bekerja dengan hati, bekerja dengan jujur dan tulus, peduli dengan kondisi dan lingkungan sekitar, mau membantu orang lain yang mengalami kesulitan, bergotong- royong, toleransi kepada sesama, dan banyak hal positif lain yang telah diterapkan, bahkan dalam keseharian hidup karyawan ISS Indonesia di luar jam bekerjanya. Sistem nilai budaya Indonesia pada ISS Indonesia ini juga yang telah membawa Hasna Maulina, Operational Solution Officer Area GO-JEK bisa tegas menyatakan I’m proud to be Indonesian. Lulusan Management Trainee Programme ISS Indonesia ini menyadari bahwa keragaman budaya Indonesia dalam kesehariannya hidup bersama keluarga dan lingkungan yang religius, serta penerapan budaya budaya korporasi pada dunia kerjanya kini telah menguatkan kebanggaannya menjadi orang Indonesia. “Hidup di Indonesia berarti juga kita hidup dalam keberagaman. Menjadi orang Indonesia membuat saya bangga karena telah mengajarkan saya arti kejujuran, untuk peduli dengan sekitar, dan banyak hal lain. Inilah yang telah membantu dan membentuk pribadi saya,” ungkap Hasna. Berawal dari nilai-nilai positif yang menjadi budaya asli bangsa ini, komitmen dan integritas dalam pekerjaan pun tumbuh dan berkembang. Hal ini kemudian memunculkan kecintaan dan kebanggaan mereka dengan profesi yang dijalani hampir 60.000 karyawan ISS Indonesia, hingga akhirnya mereka pun mengatakan “I am proud to be Indonesian.” Dari kebanggaan sebagai orang Indonesia itulah, mereka secara otomatis akan dapat menguatkan nasionalisme ke-Indonesiaannya, melalui kontribusi sesederhana apapun dalam membangun bangsa dan negara Indonesia menjadi lebih baik. Menguatkan nasionalisme dalam budaya dan korporasi bukanlah hal yang tidak mungkin. Namun demikian, untuk mewujudkannya akan memerlukan komitmen pemimpin, konsistensi, dan reinforcement atau penguatan yang menjadi konsekuensi dari penerapan budaya korporasi ini. “Kalau yang namanya perubahan budaya, yang saya lihat adalah there is no way mulainya dari bawah, karena yang bisa mengubah dan punya kekuatan adalah pimpinan. Kemudian reinforcement agar penerapannya dapat dimonitor, sehingga tidak balik lagi ke budaya yang lama. Yang ketiga adalah bagaimana orang-orang atau korporasi tersebut dapat pengalaman dari budaya yang baru,” tegas Nerfita. Dalam menjaga nasionalisme, setiap individu adalah pemimpin untuk dirinya sendiri. Di lingkungan internal ISS Indonesia sendiri, hal ini didukung dengan melibatkan peranan para supervisor dan team leader sebagai pemimpin di area. Mereka didorong untuk dapat menjadi contoh teladan bagi para frontliner, yang bersentuhan langsung melalui interaksi mereka dengan klien dan pelanggan dari klien di area. Dengan begitu, penguatan nasionalisme dalam budaya dan korporasi akan terbangun dan terjaga dalam diri setiap individu, yang mampu memerdekakan pikirannya dalam bersikap dan berperilaku positif di sekitarnya. Momen kemerdekaan Indonesia di ke-74 tahun ini akan sangat tepat untuk mengingatkan kita kembali, bahkan menguatkan nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia. Bahwa budaya Indonesia adalah budaya yang kaya dengan keragaman, yang justru telah menjadi pemersatu bangsa kita. Vol. 4 - No. 14 | Agustus 2019 | GREAT ISS 7